SORONG KOTA, iNewssorongraya.id – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Papua Barat Daya menggelar workshop peningkatan kapasitas guru Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk memperkuat implementasi literasi dan numerasi bagi siswa berkebutuhan khusus, termasuk penyandang tunanetra. Kegiatan ini menjadi langkah strategis mendorong pendidikan inklusif yang merata dan berkelanjutan di wilayah setempat.
Ketua Panitia Kegiatan, Paulus Kala Lembang, menyampaikan bahwa pelatihan tersebut difokuskan pada penyusunan metode pengajaran yang adaptif dan responsif terhadap karakteristik masing-masing peserta didik.
“Workshop Program Khusus dan Percetakan Hitung Braille ini memberikan akses pendidikan yang layak bagi anak-anak berkebutuhan khusus pada satuan pendidikan luar biasa,” ujarnya.
Paulus menjelaskan, pelatihan dirancang untuk meningkatkan kapasitas guru dalam:
- Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa melalui asesmen berbasis karakteristik individu.
- Mengadaptasi kurikulum inklusif dengan dukungan teknologi pembelajaran.
- Membangun kolaborasi aktif bersama orang tua dalam mengawal perkembangan anak.
- Mengembangkan pembelajaran yang menyentuh aspek sosial, emosional, dan kemandirian peserta didik.
Kegiatan ini diikuti tenaga pendidik dari berbagai satuan di Papua Barat Daya, yaitu:
- SDLB Kota Sorong (17 peserta)
- SMPLB Kota Sorong (11 peserta)
- SMALB Kota Sorong (11 peserta)
- SLB Negeri Kabupaten Sorong (14 peserta)
- SLB Negeri Raja Ampat (8 peserta)
- Bidang khusus dan akademi komunitas (10 peserta)
Narasumber berasal dari Jayapura dan Sorong, antara lain: Irwanto Paerunan, S.Pd., M.Pd., Sery Rante Pabunga, S.Pd., Gr., Sukamta, S.Pd., dan Fandi Dawenan, S.S., MDPP.
Pendanaan kegiatan bersumber dari DIPA Disdikbud Papua Barat Daya Tahun 2025.
Sementara itu, Kepala Disdikbud Papua Barat Daya, Adolof Kambuaya, menegaskan pentingnya pelatihan karena guru SLB berhadapan langsung dengan peserta didik yang memerlukan pendekatan pembelajaran khusus.
“Kemampuan guru dalam menyampaikan materi ajar harus diperkuat agar dapat diserap secara optimal oleh siswa,” tegasnya.
Adolof menambahkan, kegiatan ini dilaksanakan dengan dukungan Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus, Endang Saeful Munir, serta Balai Guru dan Tenaga Kependidikan (BGTK) Papua Barat.
Ia menekankan agar ilmu yang diperoleh tidak berhenti pada pelatihan tetapi diterapkan di sekolah masing-masing.
“Guru-guru yang mengikuti kegiatan kecakapan hidup nantinya pulang dan mentransfer ilmunya supaya anak-anak didik SLB dapat menyelesaikan pendidikannya,” imbuhnya.
Adolof juga menyoroti masih adanya pandangan negatif sebagian masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus. Menurutnya, mereka justru memiliki potensi besar jika diberikan ruang pengembangan yang tepat.
“Bayangkan, meski tidak bisa melihat tapi bisa bernyanyi atau bermain piano, itu luar biasa. Anak-anak ini jika dibina dengan benar, dapat menjadi sumber kebanggaan dan ekonomi keluarga,” ungkapnya.
Editor : Hanny Wijaya
Artikel Terkait
