MUTUS, iNewssorongraya.id – Raja Ampat kembali menunjukkan pesonanya di mata dunia. Ratusan wisatawan mancanegara, mayoritas dari Australia, tiba menggunakan kapal pesiar Coral Geographer dan berlabuh di Kampung Mutus, Distrik Waigeo Barat, Selasa (16/9/2025). Kedatangan mereka menjadi bukti nyata geliat pariwisata di Papua Barat Daya kembali menggeliat pasca isu tambang yang sempat menghentikan aktivitas pariwisata di daerah dengan julukan surga dunia tersebut.
Ratusan wisatawan mancanegara saat mengunjungi kampung Wisata, Pulau Mutus, Distrik Waigeo Barat, Raja Ampat.
Ketua DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kabupaten Raja Ampat, Ferdinand Dimara, tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya. “Hari ini ratusan wisatawan tiba di Kampung Mutus. Mereka disambut dengan tarian Pangkur Sagu, berbelanja souvenir dari ibu-ibu setempat, menikmati kelapa muda, hingga snorkeling dan berenang di pantai. Semua itu hanya dalam satu hari kunjungan,” ungkapnya dengan sumringah.
Kampung Mutus menawarkan pengalaman lengkap: hamparan pasir putih, laut biru jernih, serta hutan mangrove hijau yang masih terjaga. Lebih dari itu, wisatawan juga disuguhi pengalaman budaya yang autentik. Tari sambutan, kerajinan tangan, hingga kuliner tradisional menjadi daya tarik tersendiri.
Ratusan wisatawan mancanegara saat mengunjungi kampung Wisata, Pulau Mutus, Distrik Waigeo Barat, Raja Ampat.
“Sebagai Ketua HPI DPC Raja Ampat, saya berharap pariwisata tetap berkelanjutan tanpa melupakan budaya serta kearifan lokal, terutama di sekitar Kampung Mutus dan Waigeo Barat. Homestay Jousuba yang saya kelola di Pulau Yefkabu, dekat dengan Mutus, juga diharapkan makin dikenal luas,” jelasnya.
Mutus adalah bagian dari kawasan konservasi laut terbesar di Indonesia. Lebih dari 1.000 spesies ikan, 540 jenis karang, penyu, hiu, hingga pari manta menjadikan perairannya surga bagi penyelam dunia. Wisatawan dapat menikmati snorkeling, diving, atau sekadar berenang di laut tenang yang kaya biota.
Ratusan wisatawan mancanegara saat mengunjungi kampung Wisata, Pulau Mutus, Distrik Waigeo Barat, Raja Ampat.
Selain itu, Pulau Mutus juga menjadi laboratorium alam hidup yang menawarkan pemandangan hiu wobbegong, rajawali laut, hingga ekosistem mangrove yang menjadi rumah bagi berbagai satwa endemik.
Wisatawan yang singgah di Pulau Mutus dapat mencoba berbagai aktivitas:
- Snorkeling & Diving – menikmati keindahan terumbu karang dan ikan tropis berwarna-warni.
- Wisata Pulau – menjelajahi pulau-pulau kecil sekitar Mutus, hiking, atau menikmati sunset di pantai.
- Kunjungan Budaya – berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal, belajar tarian tradisional, hingga mencicipi kuliner khas.
Ratusan wisatawan mancanegara saat mengunjungi kampung Wisata, Pulau Mutus, Distrik Waigeo Barat, Raja Ampat.
Kunjungan kapal pesiar ke Mutus bukanlah yang terakhir. Pada 8 Oktober mendatang, kapal lain dijadwalkan kembali berlabuh, membawa rombongan wisatawan internasional berikutnya. Ferdinand berharap ada perhatian lebih dari pemerintah daerah dan provinsi.
“Dengan adanya kunjungan ini, kami berharap ada perhatian khusus dari dinas terkait terhadap potensi pariwisata Mutus. Sebab kapal-kapal pesiar akan terus berdatangan. Kami pelaku pariwisata di Mutus siap berkontribusi, asalkan didukung penuh,” tuturnya.
Ratusan wisatawan mancanegara saat mengunjungi kampung Wisata, Pulau Mutus, Distrik Waigeo Barat, Raja Ampat.
Perjalanan ke Mutus dimulai dari Bandara DEO Kota Sorong. Dari sana, wisatawan melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Waisai dengan menggunakan kapal cepat, lalu menggunakan speedboat menuju Pulau Mutus. Sepanjang perjalanan, pengunjung akan disuguhi panorama laut Raja Ampat yang tiada duanya.
Keindahan Mutus bukan hanya pada laut dan pantainya, tetapi juga pada keramahan masyarakatnya. Kombinasi alam tropis, budaya asli, dan semangat pelaku wisata menjadikan Mutus sebagai destinasi yang siap mendunia.
Ratusan wisatawan mancanegara saat mengunjungi kampung Wisata, Pulau Mutus, Distrik Waigeo Barat, Raja Ampat.
“Pariwisata di Mutus bukan hanya tentang keindahan, tetapi juga tentang bagaimana kami menjaga alam dan budaya agar tetap lestari untuk generasi mendatang,” pungkas Ferdinand Dimara.
Editor : Hanny Wijaya
Artikel Terkait
