Sentuhan Nelayan Kota Sorong, Wajib Menjadi Agenda Utama Pembangunan Provinsi Papua Barat Daya

SORONG KOTA, iNewssorongraya.id – Kawasan Jembatan Puri, Jl. Klademak Pantai, Kelurahan Klaligi, Distrik Sorong Manoi, Kota Sorong, Papua Barat Daya, menjadi pusat aktivitas ekonomi yang vital bagi masyarakat pesisir. Pada Minggu pagi, tempat pendaratan ikan (TPI) ini dipadati oleh nelayan dan warga yang bertransaksi hasil tangkapan laut segar.
Ratusan perahu kayu berwarna-warni merapat di tepian pelabuhan, membawa beragam hasil laut seperti ikan, udang, dan cumi-cumi. Para nelayan tampak sibuk menurunkan hasil tangkapan mereka, sementara pedagang dan pembeli berinteraksi dalam suasana yang penuh semangat. Harga ikan bervariasi tergantung jenis dan ukurannya, mulai dari Rp10.000 untuk ikan kecil seperti lema dan como, hingga ratusan ribu rupiah untuk ikan besar seperti tuna dan kakap.
Sebagai pusat perekonomian berbasis kelautan, TPI Jembatan Puri memiliki peran strategis dalam menunjang kesejahteraan nelayan lokal. Banyaknya aktivitas jual beli di tempat ini membuktikan bahwa sektor perikanan masih menjadi tulang punggung ekonomi Kota Sorong. Oleh karena itu, keberadaan fasilitas penunjang seperti dermaga yang lebih baik, pasar ikan yang lebih modern, serta program pemberdayaan nelayan perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah.
Para nelayan yang menggantungkan hidup dari laut berharap adanya kebijakan yang mendukung keberlanjutan sektor ini. Beberapa di antaranya mengeluhkan infrastruktur yang masih terbatas serta harga jual ikan yang fluktuatif. “Kami berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih, terutama dalam penyediaan fasilitas yang lebih memadai agar hasil tangkapan kami bisa lebih bernilai,” ujar salah satu nelayan setempat.
Melihat potensi besar yang dimiliki, sentuhan kebijakan yang tepat dalam pembangunan sektor perikanan di Papua Barat Daya menjadi hal yang mendesak. Tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, tetapi juga untuk menjadikan Sorong sebagai pusat ekonomi maritim yang lebih maju di Indonesia Timur.
Editor : Hanny Wijaya