Edo Kondologit: Dari Panggung Musik ke Mimbar Akademik, Kisah Inspiratif Tekad Sang Seniman Papua

Sorong, iNewssorongraya.id – Gedung Getsemani Universitas Kristen Papua (UKIP) Sorong menjadi saksi momen penuh haru dan kebanggaan pada Jumat (28/2/2025). Di tengah deretan toga yang berbaris rapi, seorang figur publik dengan perjalanan hidup yang luar biasa berdiri di antara para wisudawan. Dia adalah Edo Kondologit, musisi legendaris sekaligus politisi yang kini resmi menyandang gelar Sarjana Hukum (S.H).
Rapat Senat Terbuka UKIP Sorong kali ini tidak sekadar menjadi perayaan akademik bagi 83 lulusan yang telah menyelesaikan studinya, tetapi juga mencatat sejarah tersendiri. Edo, yang selama ini dikenal melalui lantunan suara emasnya, kini membuktikan bahwa belajar tidak mengenal batas usia maupun kesibukan. Dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3.69, Edo sukses menyeimbangkan perannya sebagai seniman, legislator, dan mahasiswa.
Rektor UKIP Sorong, Sophian Andi, dalam sambutannya mengungkapkan kebanggaan atas perjuangan para lulusan. “Kami ingin lulusan UKIP tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki daya saing tinggi dan mampu membawa perubahan bagi komunitas mereka,” ujarnya. Tak hanya melepas para sarjana, UKIP juga mengumumkan pengembangan riset kampus, termasuk kerja sama dengan Pemerintah Daerah Raja Ampat dalam penelitian pelestarian ikan puri yang telah diakui dalam jurnal internasional.
Perjalanan Akademik yang Penuh Makna
Nama Edo Kondologit mungkin lebih dulu dikenal sebagai penyanyi yang membawa pesan cinta dan perjuangan bagi Papua melalui musiknya. Namun, di balik gemerlap panggung, ada tekad kuat dalam dirinya untuk terus belajar. Keputusan Edo untuk mendalami ilmu hukum bukan tanpa alasan. Dalam tugasnya sebagai Anggota DPR Papua Barat Daya, ia menyadari pentingnya memahami regulasi agar lebih efektif dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
Skripsi yang ditulisnya mengangkat tema “Tinjauan Hukum Pembentukan Provinsi Papua Barat Daya Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014”, sebuah topik yang sangat relevan dengan realitas sosial dan politik di daerahnya. “Hukum adalah fondasi kehidupan bermasyarakat. Sebagai wakil rakyat, saya merasa perlu memperdalam pemahaman agar dapat mengadvokasi kepentingan publik dengan lebih baik,” ungkap Edo.
Momen Paling Mengharukan
Tak hanya menorehkan prestasi akademik, Edo juga memberikan kejutan emosional di tengah acara wisuda. Suasana berubah syahdu ketika ia maju ke depan dan menyanyikan lagu rohani “Doa Seorang Anak” ciptaan Julian Parade. Suaranya yang khas menggema di ruangan, menyentuh hati para hadirin yang larut dalam haru. Beberapa tamu undangan bahkan tampak meneteskan air mata.
Setelah lagu berakhir, tepuk tangan panjang menggema. Bukan hanya sebagai penghormatan bagi Edo sebagai musisi, tetapi juga sebagai bentuk apresiasi atas semangat pantang menyerahnya dalam menuntut ilmu. Edo menutup perjalanannya di podium dengan pesan mendalam bagi generasi muda. “Pendidikan itu tidak mengenal batas usia. Selama ada kemauan, kita bisa terus berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat,” katanya penuh semangat.
Inspirasi Bagi Generasi Papua
Kisah Edo Kondologit dalam menyelesaikan pendidikan di tengah kesibukannya adalah bukti nyata bahwa tekad dan kerja keras dapat mengalahkan segala keterbatasan. Dari seorang anak Papua yang tumbuh dalam budaya seni, merambah dunia politik, hingga kini meraih gelar akademik—perjalanannya adalah inspirasi bagi banyak orang.
Wisuda UKIP Sorong XVII bukan hanya seremoni pelepasan gelar, tetapi juga momentum yang membawa pesan kuat bagi dunia pendidikan di Papua. Lewat kisah Edo, semakin banyak generasi muda yang diyakinkan bahwa ilmu adalah senjata terbaik untuk membangun masa depan, baik bagi diri sendiri maupun bagi tanah kelahiran mereka.
Dengan penuh syukur, Edo mengajak seluruh anak Papua untuk tidak berhenti belajar. “Saya ingin mengajak semua anak muda Papua untuk terus berjuang meraih pendidikan setinggi mungkin. Ini adalah kunci kemajuan bagi diri sendiri dan bagi tanah Papua,” tutupnya.
Dari panggung musik ke mimbar akademik, Edo Kondologit telah membuktikan bahwa setiap orang bisa mengukir sejarahnya sendiri, selama ada kemauan untuk belajar dan berkembang.
Editor : Hanny Wijaya