Tangis Haru di Wisuda UKIP Sorong: Edo Kondologit Nyanyikan Lagu Yang Menginspirasi Generasi Muda

SORONG, iNewssorongraya.id – Sebuah momen penuh haru dan inspiratif tersaji dalam Rapat Senat Terbuka Universitas Kristen Papua (UKIP) Sorong, Papua Barat Daya, Jumat (28/2/2025). Bukan sekadar prosesi akademik biasa, wisuda angkatan XVII ini menjadi saksi perjalanan luar biasa seorang seniman dan wakil rakyat yang tetap gigih menuntut ilmu di tengah kesibukannya. Dialah Edo Kondologit, penyanyi legendaris asal Papua yang sukses meraih gelar Sarjana Hukum (S.H) dengan IPK 3.69.
Dalam suasana penuh kebanggaan, sebanyak 83 mahasiswa resmi menyandang gelar akademik setelah melewati perjuangan panjang di bangku perkuliahan. Rektor UKIP Sorong, Sophian Andi, dalam sambutannya menegaskan bahwa wisuda bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal dari tantangan baru bagi para lulusan untuk berkontribusi di tengah masyarakat.
“Kami ingin lulusan UKIP tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki daya saing tinggi dan mampu membawa perubahan bagi komunitas mereka,” ujar Sophian di hadapan para tamu undangan dan keluarga wisudawan.
Namun, yang paling menyita perhatian dalam prosesi sakral ini adalah sosok Edo Kondologit. Pria yang dikenal dengan suara emasnya itu membuktikan bahwa pendidikan adalah hak semua orang, tanpa mengenal usia dan latar belakang profesi. Di tengah kesibukannya sebagai musisi sekaligus Anggota DPR Papua Barat Daya, Edo tetap menunjukkan dedikasi tinggi dalam menyelesaikan studinya.
Dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum Pembentukan Provinsi Papua Barat Daya Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014”, Edo mengupas tuntas aspek regulasi dalam pemekaran daerahnya. Ia mengaku memilih jurusan hukum karena ingin lebih memahami kebijakan publik dan hukum yang berkaitan dengan masyarakat Papua.
“Hukum adalah fondasi kehidupan bermasyarakat. Sebagai wakil rakyat, saya merasa perlu memperdalam pemahaman agar dapat mengadvokasi kepentingan publik dengan lebih baik,” kata Edo dengan penuh keyakinan.
Momentum puncak yang membuat hadirin terharu adalah saat Edo tiba-tiba maju ke depan dan menyanyikan lagu rohani “Doa Seorang Anak” ciptaan Julian Parade. Suaranya yang khas mengalun syahdu, membawa kehangatan dan kedamaian di tengah ruangan. Bait demi bait yang dinyanyikan dengan penuh penghayatan menggugah emosi para hadirin. Beberapa tamu undangan tampak meneteskan air mata, tersentuh oleh lirik yang menggambarkan ketulusan dan harapan seorang anak kepada Tuhan.
Begitu lagu usai, tepuk tangan meriah menggema di Gedung Getsemani, tempat berlangsungnya wisuda. Beberapa dosen dan rekan wisudawan mendekati Edo, memberikan selamat sekaligus menyampaikan kekaguman mereka atas dedikasi dan ketekunan sang penyanyi.
“Pendidikan itu tidak mengenal batas usia. Selama ada kemauan, kita bisa terus berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat,” pesan Edo yang disambut anggukan penuh harap dari para mahasiswa yang hadir.
Tidak hanya menjadi momen personal bagi Edo, wisuda UKIP Sorong tahun ini juga menjadi simbol harapan bagi generasi muda Papua. Kesuksesan Edo membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih pendidikan setinggi mungkin. Ia menegaskan bahwa pendidikan adalah investasi terbaik untuk membangun masa depan yang lebih cerah bagi diri sendiri dan tanah kelahirannya.
“Saya ingin mengajak semua anak muda Papua untuk terus berjuang meraih pendidikan setinggi mungkin. Ini adalah kunci kemajuan bagi diri sendiri dan bagi tanah Papua,” pungkasnya dengan mata berbinar.
Dengan semangat baru yang diusung dalam prosesi wisuda ini, UKIP Sorong semakin meneguhkan komitmennya untuk mencetak lulusan berkualitas yang siap bersaing di dunia kerja. Tak hanya itu, universitas ini juga terus mengembangkan riset dan digitalisasi kampus, termasuk kerja sama dengan Perpustakaan Nasional dalam memperluas akses ke jurnal akademik internasional serta penelitian unggulan terkait pelestarian ikan puri di Raja Ampat.
Momen haru di wisuda UKIP Sorong kali ini tidak hanya meninggalkan kenangan, tetapi juga mengukir sejarah. Kisah Edo Kondologit menjadi inspirasi nyata bahwa pendidikan bukan hanya milik mereka yang berusia muda, tetapi hak setiap orang yang berani bermimpi dan berjuang untuk mencapainya.
Editor : Hanny Wijaya