Ketua Ikemal: Pembunuhan Kesya Lestaluhu adalah Kekerasan Gender yang Harus Dituntaskan

Sorong, iNewssorongraya.id – Tragedi yang menimpa Kesya Lestaluhu (20) bukan sekadar kasus kriminal biasa, melainkan bentuk kekerasan gender yang mencerminkan ancaman nyata terhadap perempuan di Indonesia. Ketua Ikatan Keluarga Maluku (Ikemal) di Tanah Papua, Christian Sohilait, menegaskan bahwa tindakan brutal yang dialami Kesya harus menjadi peringatan serius akan urgensi perlindungan hak-hak perempuan.
Dalam konferensi pers yang digelar di Hotel Rylich Panorama, Sorong, pada Rabu (26/2/2025), Sohilait menyampaikan sikap tegas Ikemal dalam mengutuk pembunuhan keji tersebut. Ia menekankan bahwa insiden ini bukan sekadar pembunuhan, tetapi juga pelecehan seksual yang mencerminkan betapa rentannya perempuan terhadap tindak kekerasan.
“Ini adalah kejahatan yang tidak hanya menghilangkan nyawa, tetapi juga menghancurkan martabat korban. Kesya bukan hanya dibunuh dengan sadis, tetapi juga mengalami kekerasan seksual. Ini adalah bukti nyata bahwa perempuan masih menjadi sasaran empuk kekerasan berbasis gender,” ujar Sohilait dengan penuh keprihatinan.
Ia menambahkan bahwa Ikemal mendukung penuh langkah hukum yang telah diambil, termasuk proses rekonstruksi ulang yang akan dilakukan oleh Penyidik Pomal Lantamal XIV Sorong pada Kamis (27/2/2025). Namun, ia juga mengingatkan agar tidak ada intervensi atau upaya untuk melindungi pelaku.
“Kami mendesak agar hukum ditegakkan setegas-tegasnya. Tidak boleh ada kompromi bagi pelaku kejahatan seperti ini. Kasus ini harus menjadi momentum bagi penegak hukum untuk menunjukkan keberpihakan terhadap keadilan bagi korban,” tambahnya.
Sohilait juga mengajak seluruh masyarakat, khususnya keluarga besar Maluku di Sorong, untuk ikut serta dalam mengungkap kebenaran kasus ini. Minimnya saksi menjadi tantangan dalam proses penyelidikan, sehingga partisipasi publik dalam memberikan informasi sangat penting.
“Kami telah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk tim hukum yang menangani kasus ini. Jika ada masyarakat yang memiliki informasi tambahan, segera laporkan kepada pihak berwenang. Kita tidak boleh membiarkan pelaku lolos dari keadilan,” tegasnya.
Selain itu, Sohilait mengingatkan agar kasus ini tidak dijadikan komoditas politik oleh pihak-pihak tertentu. Ia menegaskan bahwa fokus utama harus tetap pada upaya menuntut keadilan bagi Kesya dan keluarganya.
“Kami mengapresiasi berbagai pihak yang telah menunjukkan empati, termasuk media dan Senator Papua Barat Daya, Paul Finsen Mayor, yang turut menyoroti kasus ini. Rekonstruksi ulang yang akan dilakukan besok harus menjadi momentum untuk mengungkap fakta yang lebih jelas,” katanya.
Sebelumnya, Kesya Lestaluhu ditemukan tewas mengenaskan di Pantai Wisata Saoka, Kota Sorong, pada Minggu (12/1/2025). Jasadnya ditemukan dalam kondisi tanpa busana dengan 27 luka tusukan benda tajam, menguatkan dugaan adanya kekerasan brutal sebelum kematiannya. Dalam waktu kurang dari 24 jam, penyelidikan mengarah pada tersangka, seorang anggota TNI AL, Kelasi Satu Agung Suyono Wahyudi Ponidi (23).
Dengan semakin dekatnya rekonstruksi ulang, harapan besar muncul dari keluarga Maluku di Tanah Papua bahwa keadilan bagi Kesya benar-benar dapat ditegakkan. Kasus ini bukan hanya menjadi tragedi kemanusiaan, tetapi juga alarm bagi perlindungan perempuan di Indonesia agar tidak ada lagi korban yang mengalami nasib serupa.
Editor : Chanry Suripatty