Tiga Anak di Keerom Papua Dianiaya Secara Sadis oleh Oknum TNI, Ayah Korban Sempat Ditodong Pistol

CHANRY ANDREW
Seorang anak dibawah umur yang merupakan korban penganiayaan yang dilakukan oleh oknum anggota Kopassus TNI AD di Papua. (Foto: iNewsSorong.id/HO-Keluarga Korban)

JAYAPURA, iNewsSorong.id – Aksi kekerasan yang diduga dilakukan oleh oknum TNI AD kembali terjadi di tanah Papua, kali ini tiga anak di Kabupaten Keerom mendapatkan tindakan kekerasan secara keji hanya karena dituduh mencuri dua ekor burung yang ada di pos militer di wilayah itu. 

Seperti dikutip dari Media Jubi Online, orang tua salah satu dari tiga anak yang menjadi korban penganiayaan yang diduga dilakukan prajurit TNI AD di Kabupaten Keerom, Jhon Faisei menjelaskan peristiwa sadis yang dialami anaknya dan kedua teman lainnya..

John Faisei menyatakan anaknya, Rahmat Faisei (14) bersama dua temannya, Bastian Bate (13) dan Laurents Kaung (11), dianiaya secara sadis oleh oknum TNI AD dengan menggunakan rantai, gulungan kawat, dan selang air.

Penganiayaan itu terjadi berulang kali, dan baru berhenti setelah Polisi Militer dari Pomdam Cenderawasih datang serta membawa ketiga anak itu ke rumah sakit untuk diobati. 

Hal itu dinyatakan Jhon Faisei saat ditemui wartawan di Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey, Kota Jayapura, pada Jumat (28/10/2022) malam. Menurutnya, penganiayaan terhadap Rahmat Faisei, Bastian Bate, dan Laurents Kaung terjadi di Pos Satuan Tugas (Satgas) Damai Cartenz, Jalan Maleo, Kampung Yuwanain, Arso II, Distrik Arso, Kabupaten Keerom pada Kamis (27/10/2022).

Ketiga anak itu dianiaya sejak ketiganya ditangkap oknum anggota TNI AD di pos tersebut pada Kamis pukul 06.00 WIT karena dituding mencuri burung kakatua di pos itu. Ketiga anak itu kemudian dibawa ke pos yang berada di Kampung Yuwanain.

Menurut Jhon menceritakan awalnya keluarga tidak mengetahui alasan penangkapan ketiga anak tersebut. Ia menuturkan penganiayaan terhadap Rahmat Faisei, Bastian Bate, dan Laurents Kaung berlangsung sejak sekitar pukul 08.00 WIT

“Sesampai di pos, mereka menyiksa, dan menganiaya anak-anak itu menggunakan, rantai anjing, selang air, gulungan kawat. Anak anak dipukul, disiksa, diinjak-injak seluruh tubuhnya di pos, sekitar pukul 08.00 – 11.30 WIT,” kata Jhon.

Sekitar pukul 11.30 WIT, sejumlah prajurit TNI AD di sana kemudian mengantar Rahmat, Bastian, dan Laurents pulang ke rumah Rahmat. 

“Kami keluarga terkejut saat mereka diantar ke rumah dalam Kondisi luka-luka, babak belur. Anak saya Rahmat Faisei luka dan berdarah. Ibunya bersama saya mengantar Rahmat ke Puskesmas Arso Kota, untuk berobat,” ujar Jhon.

Setelah Rahmat diobati, Jhon membawa Rahmat untuk melaporkan penganiayaan tersebut di Kepolisian Sektor Arso Kota. Polisi di sana mengarahkan Jhon untuk melaporkan penganiayaan itu kepada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Keerom.

“Seusai melaporkan ke Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak, kami melaporkan peristiwa tersebut ke Kepolisian Resor Keerom. Kepolisian Resor Keerom mengarahkan keluarga korban [melapor] kepada Polisi Militer di Jayapura,” katanya.

Ibu Rahmat kemudian menelepon kakak perempuan Rahmat yang berada di Jayapura, memintanya untuk melaporkan kasus penganiayaan terhadap Rahmat dan kedua temannya kepada Polisi Militer. “Kakak perempuan Rahmat melaporkan ke Polisi Miiliter untuk menjemput Fahmat Paisei dan kawan-kawannya di Arso Kota,” ujar Jhon.

Yang tidak diduga oleh pihak keluarga, setelah Rahmat kembali ke rumah, sekitar pukul 18.00 WIT sekelompok tentara kembali datang ke rumahnya. Jhon menuturkan Rahmat, Bastian, dan Laurents kemudian dibawa kembali ke Pos Satgas Damai Cartenz di Kampung Yuwanain. 

“Waktu [Satgas] Damai Cartenz menjemput mereka kedua kalinya itu, saya saksikan. Saya mau tolong, [namun] saya ditodong pistol. Mereka suruh saya menyaksikan dari jauh dan mereka menyiksa Rahmat, dipukul. Mamanya Rahmat Faisei hingga tak berdaya, ia sempat berteriak ‘Tuhan tolong. Dong [mereka] pukul anak saya’, sambil menagis,” tutur Jhon.

Saat itu, Rahmat juga berteriak kesakitan. “’Tuhan tolong, sa mati’,” tutur Jhon menirukan terikan Rahma“. “[Dia berteriak] sambil menagis. Baru aparat keamanan mereka bilang, ‘ah, ko mati sudah, biar ko ketemu ko pu Tuhan yang ko minta tolong sekalian’. Saat itu, kondisi anak saya sudah tidak berdaya, nafas sisa satu-satu” kata Jhon.

Di Pos Satgas Cartenz, Jhon tidak bisa menolong Rahmat, Bastian, maupun Laurents, karena Jhon diadang dan dipukul salah satu tentara. 

“Saya tidak tega melihat anak saya dipukul kayak binatang, dipukuli, ditodong, dan ditendang oleh [Satgas] Damai Cartenz. Saya berdiri ke sana dan menolong anak saya. Aparat tendang saya punya rahang. Mereka pukul saya, dan mereka todong saya pakai pistol. Mereka larang saya, supaya mereka melanjutkan penganiayaan terhadap tiga anak tersebut. Saya melihat kondisi mereka, tidak bisa [dan tidak tega]. Lalu saya hadang mereka,” katanya.

Jhon mengatakan sekitar pukul 21.00 WIT, komandan pos itu keluar, lalu menanyai Jhon mengapa dia ada di pos itu. “Saya menjawab bahwa saya adalah orangtua dari anak yang kalian sedang siksa. Jadi, saya datang melihat anak saya yang sedang dianiaya. Saya mau pastikan apa kesalahan anak saya. Sementara saya menjelaskan demikian, ada satu aparat yang datang dan pukul di kepala saya,” katanya.

Penganiayaan terhadap Rahmat, Bastian, maupun Laurents baru berhenti sekitar pukul 23.30 WIT, setelah sejumlah Polisi Militer dari Pomdam Cenderawasih tiba di Pos Satgas Damai Cartenz itu. Polisi Militer kemudian melarikan Rahmat yang terluka parah ke Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey di Kota Jayapura. “Kalau mereka lambat datang ke Arso untuk menjemput ketiga korban itu, pasti hari ini kami menangis karena anak saya meninggal dunia akibat ulah Satgas Damai Cartenz itu,” kata Jhon.

Jhon menyatakan tindakan aparat kemanan yang menganiaya anaknya itu seperti zaman penjajahan, padahal Indonesia sudah merdeka. 

“Saya harap agar para pelaku dapat dihukum melalui jalur hukum, agar ada rasa keadilan bagi kami. Masak anak saya Rahmat tidak bersalah dipukuli hingga kritis,” katanya.

Sebelumnya, Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Letkol Kav Herman Taryaman di Kota Jayapura menyatakan Polisi Militer Komando Daerah Militer atau Pomdam XVII/Cenderawasih melakukan penyelidikan kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan prajurit TNI AD terhadap Rahmat, Bastian, maupun Laurents. Herman membenarkan bahwa penganiayaan itu terjadi di Pos Satgas Damai Cartenz di Kampung Yuwanain, Arso II, Distrik Arso, Kabupaten Keerom pada Kamis.

“Kasus pemukulan yang diduga dilakukan oknum TNI infonya terjadi karena adanya kasus pencurian di Pos Satgas Damai Cartens. Kini dalam proses penyelidikan Pomdam. Pangdam sudah memerintahkan Danpomdam untuk segera mengusut tuntas kejadian itu. Pomdam Cenderawasih juga telah membantu korban atas nama Rahmat Faisei untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit Angkatan Darat Marthen Indey,” katanya. 

 

 

Editor : Chanry Suripatty

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network