Kisah Mama Alfonsina Mandurun : Menyulam Harapan Lewat Anyaman Topi Manta dan Topi Gelombang

CHANRY SURIPATTY
Alfosina Mandurun, tangan-tangan kreatif dari Arborek yang menganyam keindahan laut Raja Ampat dalam bentuk Topi Manta dan Topi Gelombang. Produk Kayafyof, karya lokal berkelas dunia. [FOTO: iNewssorongraya.id - CHAN]

 

WAISAI, iNewssorongraya.id – Di tengah semarak Festival Pesona Raja Ampat dan Festival GemarIkan 2025, sebuah kisah sederhana namun penuh makna terselip di antara deretan stand UMKM lokal. Dari sudut damai Desa Wisata Arborek, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya, sosok perempuan tangguh bernama Mama Alfonsina Mandurun menghadirkan inspirasi lewat hasil karyanya: topi anyaman khas Papua yang dikenal dengan nama kayafyof. Kayafyof sendiri merupakan produk berbentuk topi yang digunakan oleh masyarakat desa Arborek. Meskipun desainnya sederhana, namun yang membuatnya terkenal sampai mancanegara adalah kualitas dan keunikannya.


Alfosina Mandurun, tangan-tangan kreatif dari Arborek yang menganyam keindahan laut Raja Ampat dalam bentuk Topi Manta dan Topi Gelombang. Produk Kayafyof, karya lokal berkelas dunia. [FOTO: iNewsTv - CHAN]

 

Bahan dasarnya juga diambil dari alam yaitu berupa daun pandan dan daun tikar yang dikeringkan agar mendapatkan tekstur keras dan lebih tahan lama. Perlu Anda ketahui jika topi saat ini tidak bisa terkena udara lembab atau hujan.


Alfosina Mandurun, tangan-tangan kreatif dari Arborek yang menganyam keindahan laut Raja Ampat dalam bentuk Topi Manta dan Topi Gelombang. Produk Kayafyof, karya lokal berkelas dunia. [FOTO: iNewsTv - CHAN]

 

Topi-topi itu bukan sekadar suvenir wisata, melainkan simbol cinta terhadap alam, warisan budaya, dan keteguhan hati seorang ibu yang menjadikan daun pandan sebagai sumber harapan bagi keluarganya.


Alfosina Mandurun, tangan-tangan kreatif dari Arborek yang menganyam keindahan laut Raja Ampat dalam bentuk Topi Manta dan Topi Gelombang. Produk Kayafyof, karya lokal berkelas dunia. [FOTO: iNewsTv - CHAN]

 

Di Arborek, pesona alam bukan hanya terlihat dari lautnya yang biru dan pasirnya yang putih, tetapi juga dari tangan-tangan kreatif para perempuannya. Mama Alfonsina, dengan penuh kesabaran, menenun daun pandan hutan menjadi Topi Manta—yang bentuknya menyerupai ikan pari manta—dan Topi Gelombang, yang terinspirasi dari ombak laut Raja Ampat.


Produk Kayafyof, karya lokal berkelas dunia berbentuk topi Manta dan Topi Gelombang yang dibuat oleh tangan-tangan kreatif mama-mama Papua. [FOTO: iNewsTv - CHAN]

 

“Awalnya suami saya yang membuat mal-mal (bentuk dasar) desain topi, lalu saya belajar dari dia,” kisah Alfonsina sambil menatap helai anyaman yang tengah disusunnya.
Setelah sang suami meninggal, ia tidak berhenti. Justru dari situ, semangatnya semakin tumbuh. Kini, ia berdiri sendiri, dari proses desain hingga penyelesaian akhir setiap produk.


Seorang anak perempuan sedang mengenakan Topi Manta, hasil kerajinan tangan dari Mama-Mama asal Desa Wisata Arborek. [FOTO : iNewsTv - CHAN]

 

Mama Alfonsina tidak berasal dari keluarga pengrajin. Ia belajar dari nol, mengikuti tradisi suaminya dan menjadikannya sebagai jalan hidup. Dalam seminggu hingga dua minggu, satu topi kayafyof bisa selesai dikerjakan. Hasilnya ia jual kepada wisatawan yang datang ke Arborek dengan harga sekitar Rp350.000 per buah.


Alfosina Mandurun, tangan-tangan kreatif dari Arborek yang menganyam keindahan laut Raja Ampat dalam bentuk Topi Manta dan Topi Gelombang. Produk Kayafyof, karya lokal berkelas dunia. [FOTO: iNewsTv - CHAN]

 

“Dalam sekali jual saya bisa hasilkan jutaan rupiah—misalnya lima topi × Rp350.000 = Rp1.700.000,” ungkap Alfonsina bangga.
Dari penghasilan itulah, ia membiayai pendidikan enam anaknya. “Suami saya sudah meninggal. Dari hasil ini saya biayai tiga anak sekolah, tiga lainnya sudah tamat SMA,” ujarnya lirih namun penuh kebanggaan.

 

Alfosina Mandurun, tangan-tangan kreatif dari Arborek yang menganyam keindahan laut Raja Ampat dalam bentuk Topi Manta dan Topi Gelombang. Produk Kayafyof, karya lokal berkelas dunia. [FOTO: iNewsTv - CHAN]

 

Proses pembuatan Topi Manta dan Topi Gelombang tidak sekadar estetika, tapi juga wujud harmoni dengan alam. Daun pandan dan daun tikar yang digunakan dipilih secara hati-hati, dijemur di bawah matahari, lalu diberi warna alami agar lebih tahan lama.
Pewarnaan dilakukan menggunakan bahan tradisional maupun wantex tekstil, menghasilkan pola yang kuat dan elegan. Dengan cara ini, kerajinan Mama Alfonsina menjadi bentuk pelestarian lingkungan sekaligus ekonomi kreatif yang berkelanjutan.

 

Kepala BLUD Raja Ampat, Syafri. [FOTO : iNewsTv - CHAN]

 

Kisah Alfonsina juga tak lepas dari dukungan BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat, di bawah Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya.
Kepala BLUD, Syafri, mengatakan pihaknya berupaya menguatkan kapasitas masyarakat dalam kawasan konservasi melalui ekonomi alternatif.
“Salah satu program kami adalah memberdayakan masyarakat di kawasan konservasi. Mata pencarian alternatif bisa dari kerajinan seperti ini,” jelas Syafri dalam wawancara dengan jurnalis iNewsTV.


Kepala BLUD Raja Ampat, Syafri saat memamerkan hasil kerajinan tangan mama-mama asal Desa Arborek,[FOTO : iNewsTV - CHAN]

 

Ia menambahkan, jika produk pengrajin tidak laku dalam beberapa hari, BLUD siap membantu memasarkan keluar daerah. “Kami bantu ambil dan salurkan ke luar agar produksi mereka terus berjalan,” tambahnya.
Empat kampung kini menjadi binaan aktif program ini: Arborek, Freewen, Arefi, dan Yensawai.


Alfosina Mandurun, tangan-tangan kreatif dari Arborek yang menganyam keindahan laut Raja Ampat dalam bentuk Topi Manta dan Topi Gelombang. Produk Kayafyof, karya lokal berkelas dunia. [FOTO: iNewsTv - CHAN]

 

Desa Arborek kini bukan hanya dikenal sebagai destinasi snorkeling dan diving kelas dunia, tapi juga sebagai pusat ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal. Wisatawan mancanegara yang datang ke sana tak hanya menikmati keindahan bawah laut, tetapi juga melihat langsung proses pembuatan anyaman daun pandan khas Papua.


Alfosina Mandurun, tangan-tangan kreatif dari Arborek yang menganyam keindahan laut Raja Ampat dalam bentuk Topi Manta dan Topi Gelombang. Produk Kayafyof, karya lokal berkelas dunia. [FOTO: iNewsTv - CHAN]

 

Para pengunjung kerap membawa pulang topi kayafyof sebagai suvenir penuh makna—buah tangan yang mengandung kisah dan doa dari tangan Mama Alfonsina dan mama-mama Arborek lainnya.
“Hasil anyaman yang paling terkenal adalah topi kayafyof,” kata salah satu pemandu wisata lokal. “Wisatawan senang karena setiap topi punya cerita tersendiri.”


Kepala BLUD Raja Ampat, Syafri saat memamerkan hasil karya kerajinan tangan UMKM lokal asal Desa Arborek Raja Ampat. [iNewsTV -CHAN]

 

Meski sudah berjalan lebih dari satu dekade, Alfonsina masih menghadapi berbagai tantangan. Akses pasar masih terbatas, distribusi ke luar daerah belum stabil, dan regenerasi perajin muda masih minim.
Namun ia tidak menyerah. “Semoga ke depan kami bisa pasarkan produk ini ke luar daerah dengan lebih stabil,” harapnya dengan senyum.


Seorang anak perempuan sedang melihat dari dekat Topi Gelombang, hasil kerajinan tangan mama-mama Papua asal Desa Arborek, Raja Ampat. [FOTO : iNewsTv -CHAN]

 

Potensi Arborek masih terbuka luas. Setiap tahun, ribuan wisatawan datang untuk menikmati pesona alamnya. Kini, berkat figur seperti Mama Alfonsina, mereka juga datang untuk menyaksikan cerita manusia dan seni lokal yang tumbuh dari alam itu sendiri.


Alfosina Mandurun, tangan-tangan kreatif dari Arborek yang menganyam keindahan laut Raja Ampat dalam bentuk Topi Manta dan Topi Gelombang. Produk Kayafyof, karya lokal berkelas dunia. [FOTO: iNewsTv - CHAN]

 

Dalam desir angin laut Arborek, teranyam kisah tentang cinta, kehilangan, dan keteguhan hati seorang ibu.
Setiap helai daun pandan yang dipilin Mama Alfonsina bukan hanya bahan baku, melainkan doa untuk anak-anaknya, dan semangat bagi desanya.


Alfosina Mandurun, tangan-tangan kreatif dari Arborek yang menganyam keindahan laut Raja Ampat dalam bentuk Topi Manta dan Topi Gelombang. Produk Kayafyof, karya lokal berkelas dunia. [FOTO: iNewsTv - CHAN]

 

Kisahnya menjadi simbol bahwa keindahan Raja Ampat bukan hanya pemandangan, tapi juga perjuangan.
Dan di tengah semua itu, Mama Alfonsina berdiri sebagai bukti bahwa kreativitas lokal bisa menjadi jembatan antara warisan budaya dan masa depan ekonomi berkelanjutan.

Editor : Hanny Wijaya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network