JAYAPURA,iNewssorongraya.id - Di tengah aroma asap yang khas di tepi Teluk Youtefa, semangat sekelompok mama-mama di kawasan Dok 8, Kota Jayapura, terus menyala. Dari tungku sederhana, mereka bukan hanya mengasap ikan, tapi juga menyalakan harapan baru bagi ekonomi keluarga dan warisan kuliner Papua — lewat sentuhan teknologi dan kolaborasi bersama Pertamina Patra Niaga.
Kota Jayapura dikenal dengan hasil lautnya yang melimpah. Ikan cakalang dan tuna ekor kuning menjadi primadona, diolah menjadi ikan asap atau “ikan asar” — kuliner khas yang melekat dengan identitas masyarakat pesisir Papua.
Namun, di balik cita rasa khasnya, ada kerja keras mama-mama yang selama ini bergulat dengan keterbatasan bahan bakar kayu dan proses pengasapan yang panjang.
“Saat ini untuk mendapatkan kayu bakar sudah mulai susah. Tapi puji Tuhan, kami sekarang dibantu Pertamina lewat pelatihan dan alat pengasapan baru. Dari sinilah terbentuk kelompok kami, Kampung Bright Gas,” ujar Mama Selvia, salah satu pengolah ikan asar di Dok 8 yang telah bertahun-tahun menggantungkan hidup dari hasil laut.
Program Kampung Bright Gas Pengolahan Ikan Asar menjadi titik balik bagi 21 mama-mama di kawasan tersebut. Bersama Dompet Dhuafa sebagai mitra pelatihan, mereka kini tak hanya mengolah ikan asap secara tradisional, tapi juga dengan teknologi modern seperti smoke house, alat vacuum, timbangan digital, dan bahan bakar ramah lingkungan LPG Bright Gas.
“Dengan pakai Bright Gas, pengasapan bisa lebih baik dan cepat. Tapi kami tetap tambah arang supaya rasa khas ikan asar tetap terjaga,” tutur Mama Selvia.
Ia menambahkan, inovasi juga membuka peluang baru: “Sekarang kami belajar bikin abon dan sambal ikan asar. Diajarkan juga cara mengemas yang bagus, supaya bisa dijual lebih luas dan hasilnya tambah untuk mama-mama di sini.”
Tak berhenti di dapur, transformasi juga merambah dunia digital. Kelompok mama-mama kini mendapat pelatihan pemasaran online dan pemanfaatan media sosial.
“Kami sedang diajarkan jualan online, handphone disiapkan untuk jualan lewat sosmed. Kalau izin semua sudah lengkap, mudah-mudahan ikan asar khas Jayapura ini bisa dikenal sampai luar Papua,” harap Mama Selvia penuh semangat.
Kini produk mereka telah memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) dan sertifikat halal, serta tengah menunggu izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) agar bisa dipasarkan lebih luas dengan standar higienitas nasional.
Bagi Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, program ini bukan sekadar CSR, melainkan bagian dari misi keberlanjutan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal.
“Ini komitmen kami untuk mengajak, bersama-sama, dan memberdayakan masyarakat di sekitar wilayah operasional perusahaan. Harapannya, program ini dapat mewujudkan kehidupan yang berdaya bagi mama-mama dan masyarakat sekitar,” ujar Ispiani Abbas, Area Manager Communication Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Papua Maluku.
Program ini juga selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-8 dan ke-9: Decent Work & Economic Growth serta Industry, Innovation, & Infrastructure — yang menegaskan peran sektor energi dalam menggerakkan ekonomi rakyat.
Setiap kepulan asap ikan asar di Dok 8 kini bukan sekadar aroma tradisi, tetapi simbol perubahan. Mama-mama yang dulu berjuang sendiri kini berdiri bersama, membangun ekonomi keluarga dan menjaga warisan kuliner Papua agar tetap hidup di era digital.
Mereka membuktikan, bahwa dari asap dapur pun bisa lahir asa baru — tentang kemandirian, inovasi, dan kolaborasi yang menginspirasi.
Editor : Hanny Wijaya
Artikel Terkait