Kota Sorong, iNewssorongraya.id – Di sudut kota yang ramai, di antara hiruk-pikuk kendaraan dan aktivitas masyarakat, ada satu sosok yang sering luput dari perhatian. Daniel Ruamba, seorang petugas kebersihan di Kelurahan Klamana, Distrik Sorong Timur, setiap hari harus menghadapi medan perjuangan yang tak hanya melelahkan, tetapi juga penuh tantangan emosional. Ia bukan sekadar petugas kebersihan, melainkan garda terdepan dalam menjaga kelestarian lingkungan di sekitar Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) dekat Terminal Tipe B Kota Sorong.
Sejak pagi buta hingga malam menjelang, Daniel harus berhadapan dengan kenyataan yang jauh dari nyaman—tumpukan sampah yang berserakan, bau menyengat, serta perlakuan tak menyenangkan dari sebagian warga yang belum sepenuhnya sadar akan pentingnya menjaga kebersihan.
Ketidakpedulian yang Menyakitkan
Pemerintah telah menetapkan jadwal pembuangan sampah untuk memastikan kebersihan lingkungan, yakni pukul 18.00 sore. Namun, kesadaran masyarakat masih menjadi pekerjaan rumah yang besar. Meski telah berulang kali mengingatkan, masih banyak warga yang membuang sampah sembarangan dan tidak sesuai jadwal.
"Saya sering mengingatkan warga untuk membuang sampah sesuai jadwal, tapi tetap saja banyak yang melanggar. Bahkan, saya sering dimarahi hanya karena meminta mereka untuk mengikuti aturan," ungkap Daniel dengan nada kecewa.
Tak jarang, tugasnya yang mulia ini justru mendatangkan hinaan dan cacian. Ada warga yang merasa terganggu ketika ditegur karena membuang sampah di luar waktu yang ditentukan. Bahkan, ancaman dan intimidasi pun kerap ia terima. Bukan hanya beban fisik, tetapi mentalnya pun harus kuat menghadapi realitas yang menyedihkan ini.
"Saya hanya ingin lingkungan bersih. Salah saya di mana? Saya bekerja demi keluarga, demi anak dan istri saya. Tapi kenapa justru dihina dan diancam?" keluhnya.
Tanggung Jawab Tanpa Dukungan
Selain tantangan dari warga, Daniel juga menyoroti kurangnya fasilitas pembuangan sampah yang memadai, khususnya di kawasan perumahan baru. Banyak pengembang yang membangun perumahan tanpa menyediakan TPS, sehingga warga kebingungan harus membuang sampah mereka ke mana. Akibatnya, sampah sering kali dibuang sembarangan atau justru menumpuk di TPS yang sudah penuh.
"Harapan saya, masyarakat dan pengembang perumahan lebih peduli dengan lingkungan. Setiap kompleks perumahan seharusnya memiliki TPS sendiri, sehingga warga tidak kesulitan membuang sampah. Dengan disiplin membuang sampah pada waktu yang tepat, kita bisa menjaga kebersihan dan mencegah penyebaran penyakit," tutur Daniel.
Pemerintah Kota Sorong sendiri telah mengeluarkan Instruksi Wali Kota Sorong Nomor 100.3.4.3/4/2024 mengenai jadwal pembuangan sampah. Pukul 18.00 adalah waktu pembuangan sampah ke TPS, sedangkan pukul 06.00 pagi hingga selesai adalah jadwal pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Namun, tanpa kesadaran dan kerja sama dari masyarakat, aturan ini hanya menjadi sekadar kebijakan di atas kertas.
Perjuangan yang Harus Dihargai
Di balik aroma tak sedap dan pekerjaan yang sering dianggap remeh, ada sosok seperti Daniel yang berjuang tanpa pamrih demi kebersihan kota. Ia bukan sekadar petugas kebersihan, tetapi seorang pejuang lingkungan yang layak mendapatkan apresiasi. Tanpa mereka, kota ini mungkin akan tenggelam dalam lautan sampah.
Kesadaran masyarakat untuk mengikuti aturan dan menghargai kerja keras petugas kebersihan adalah kunci utama dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Saatnya kita berhenti menganggap kebersihan sebagai tanggung jawab segelintir orang. Ini adalah tugas bersama. Karena kota yang bersih adalah cerminan dari warga yang peduli.
Editor : Hanny Wijaya
Artikel Terkait