JAYAPURA, iNewsSorong.id – Memperingati 170 tahun Pekabaran Injil di Tanah Papua, seluruh elemen masyarakat diajak untuk menjaga pesan damai yang diwariskan oleh dua rasul Papua, Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler. Kedua misionaris asal Jerman ini pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Mansinam, Manokwari, pada 5 Februari 1855, membawa terang Kristus dan kabar damai bagi seluruh tanah Papua.
Ketua Badan Pekerja (BP) Klasis GKI Sentani, Pdt. Albert Suebu, S.Th., menegaskan bahwa momen bersejarah ini harus dimaknai sebagai panggilan untuk menjaga kerukunan dan kedamaian di Papua. Ia mengajak seluruh umat percaya untuk terus meneladani ajaran kasih yang telah diwariskan oleh kedua rasul tersebut.
“Saya mengajak kita semua, umat percaya, untuk menaati pesan kedua rasul Papua, yakni menjaga kedamaian dan kerukunan di tanah ini,” ujar Pdt. Albert Suebu pada Senin, 3 Februari 2025.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya memaknai doa yang diucapkan oleh Ottow dan Geissler saat pertama kali tiba di Papua: ‘Dengan nama Tuhan, kami menginjakkan kaki di tanah ini.’ Doa ini, menurutnya, harus menjadi pengingat bagi seluruh masyarakat Papua untuk tetap hidup dalam kasih dan kedamaian.
“Kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah kita yang hidup di tanah ini masih menginjakkan kaki dengan nama Tuhan atau tidak? Oleh karena itu, sebagai pimpinan gereja, kami meminta semua pihak untuk menyatakan kasih Kristus seperti yang telah dinyatakan oleh Ottow dan Geissler,” tegasnya.
Menurut Pdt. Albert Suebu, pesan damai yang dibawa oleh kedua rasul tersebut telah memberikan terang bagi Papua, yang hingga kini tetap bersinar. Hal ini sejalan dengan tema besar GKI di Tanah Papua: ‘Kasih Kristus Memberikan Kemandirian Gereja, Mewujudkan Perdamaian, Kesejahteraan, dan Keadilan bagi Semua Orang agar Mengalami Kebersamaan Allah di Tanah Papua.’
Sebagai bentuk perayaan 170 tahun Pekabaran Injil, Pdt. Albert Suebu menyampaikan bahwa untuk tingkat Klasis GKI Sentani, peringatan ini akan diadakan melalui ibadah syukur di masing-masing jemaat di lingkungan Klasis.
Peringatan ini menjadi momentum refleksi bagi seluruh umat di Papua untuk terus menjaga warisan damai dan kasih yang telah ditanamkan sejak 1855, sehingga tanah Papua tetap menjadi tempat yang harmonis bagi semua yang hidup di dalamnya.
Editor : Hanny Wijaya
Artikel Terkait