Saupon Adventure Village: Desa Wisata Konservasi yang Lahir dari Perubahan di Jantung Raja Ampat

WAIFOI, iNewssorongraya.id - Di balik hutan tropis dan mangrove yang rimbun di Teluk Mayalibit, Raja Ampat, tersimpan kisah perubahan yang luar biasa. Sebuah kampung yang dulunya dikenal karena aktivitas penebangan liar dan perdagangan satwa kini bertransformasi menjadi destinasi ekowisata bernama Saupon Adventure Village, tempat di mana alam, budaya, dan semangat masyarakat bersatu menjaga “surga terakhir di bumi”.
Perjalanan menuju Saupon Adventure Village di Kampung Waifoi, Distrik Teluk Mayalibit, membutuhkan waktu sekitar empat jam menggunakan speed boat dari Kota Sorong, dilanjutkan perahu motor kecil sejauh 25 menit menyusuri sungai mangrove. Di sepanjang perjalanan, wisatawan disambut kicau burung cenderawasih merah dan aroma khas hutan hujan tropis — suasana yang dulu hampir sirna akibat perburuan dan penebangan liar.
Zakaria Gaman, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Waifoi, mengenang masa lalu desanya dengan jujur.
“Sebelum tahun 2018, kami masih menangkap burung dan menebang hutan sembarangan. Tapi sejak program konservasi masuk bersama BBKSDA dan Pertamina, kami berubah. Kami ingin menjaga hutan, bukan merusaknya,” ujarnya.
Homestay pertama di Saupon dibangun sederhana dengan dana pribadi Zakaria dan dukungan masyarakat. Kini, berkat program pendampingan dari PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit VII Kasim dan BBKSDA Papua Barat Daya, homestay itu berkembang menjadi Saupon Adventure Village, dengan lima kamar penginapan dan dapur baru yang ramah lingkungan.
Kolaborasi untuk Kemandirian dan Alam Lestari
Menurut Bambang Imawan, Area Manager Commrel, CSR & Compliance RU VII Kasim, keterlibatan Pertamina bukan sekadar donasi, melainkan bagian dari upaya membangun kemandirian masyarakat.
“Kami tidak datang untuk memberi ikan, tapi memberi pancing. Kami ingin masyarakat bisa mandiri, menjaga alam sambil memperoleh pendapatan. Ini bentuk komitmen kami bersama BBKSDA,” jelasnya.
Pertamina membantu masyarakat dengan program bertahap — mulai dari pembangunan homestay, dapur, hingga pelatihan pelayanan tamu dan bahasa Inggris. Rencananya, pada tahun 2026, dukungan akan berlanjut pada penyediaan panel surya untuk kebutuhan listrik di kawasan tersebut.
“Tujuan kami adalah kemandirian. Saat kelompok sudah siap berjalan sendiri, kami akan pelan-pelan lepas tangan. Tapi mereka akan tetap kami damping,” tambah Bambang.
Atraksi Wisata Berbasis Alam dan Edukasi
Saupon Adventure Village bukan sekadar tempat bermalam. Di sini, wisatawan dapat ikut serta dalam sepuluh atraksi berbasis alam dan budaya lokal, antara lain:
Aktivitas “Be a Teacher in the Village” menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara dari Prancis, Austria, dan Maroko. Mereka berinteraksi langsung dengan anak-anak sekolah dasar menggunakan bahasa Inggris, dibantu penerjemah lokal.
Dampak Ekonomi dan Sosial: Alam Pulih, Masyarakat Tumbuh
Kini, lebih dari 23 warga bergabung dalam KTH Waifoi, mengelola kawasan dengan sistem bagi hasil yang transparan. Pendapatan bulanan kelompok mencapai lebih dari Rp30 juta, berasal dari sewa homestay (Rp550 ribu per malam) dan aktivitas wisata tambahan.
“Kalau dulu hasil jual burung hanya Rp10 ribu sampai Rp50 ribu per ekor, sekarang kami bisa dapat penghasilan nyata dari wisata. Hutan kami aman, ekonomi kami juga hidup,” tutur Zakaria.
Masyarakat pun kini rutin melakukan patroli konservasi dua kali sebulan untuk mencegah perburuan dan penebangan liar. Prinsipnya sederhana: menjaga alam berarti menjaga masa depan.
“Kami tidak mau lagi ada yang datang merusak. Kami akan jaga hutan kami, supaya anak cucu bisa lihat burung dan pohon-pohon ini,” katanya tegas.
Sinergi Konservasi dan ESG
Ferdy Saputra, Area Manager Communication, Relation, CSR & Compliance Pertamina RU VII Kasim, menegaskan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari strategi keberlanjutan perusahaan.
“Program konservasi ini sejalan dengan prinsip ESG (Environmental, Social & Governance). Dampaknya bukan hanya bagi lingkungan, tapi juga pemberdayaan masyarakat,” ujarnya.
Ferdy berharap kehadiran jurnalis dalam media visit kali ini dapat memperluas jangkauan cerita inspiratif tentang Saupon Adventure Village.
“Kami ingin tempat ini dikenal luas sebagai contoh nyata transformasi masyarakat Papua dari eksploitasi menjadi konservasi,” pungkasnya.
Menjaga “Surga Terakhir di Bumi”
Bagi Zakaria dan warga Kampung Waifoi, hutan bukan lagi sumber kayu atau satwa buruan, melainkan rumah kehidupan.
“Raja Ampat ini surga terakhir di bumi. Kami semua punya komitmen untuk menjaganya,” ucapnya penuh semangat.
Dengan harmoni alam, manusia, dan semangat perubahan, Saupon Adventure Village kini berdiri sebagai simbol harapan baru — bahwa pembangunan ekonomi dapat berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan.
Saupon Adventure Village kini bukan sekadar homestay di tepi hutan. Ia menjadi simbol kemandirian ekologis masyarakat Papua Barat Daya, di mana alam yang dulu dieksploitasi kini menjadi sumber kehidupan baru.
Editor : Hanny Wijaya