Napas Lega dari Kampung Napirboi: BBM Satu Harga Hadirkan Harapan Baru di Raja Ampat

NAPIRBOI, iNewssorongraya.id — Di pesisir selatan Raja Ampat, Kampung Napirboi kini bukan sekadar titik kecil di peta Papua Barat Daya. Di bawah langit biru yang cerah, suara mesin angkot kembali terdengar teratur. Bagi warga seperti Agus Mirino, sopir trayek Waisai–Sapokren, bunyi itu bukan hanya deru kendaraan, melainkan napas baru kehidupan. Sejak SPBU Satu Harga beroperasi di kampung mereka, Napirboi berubah menjadi simbol harapan—bahwa energi dan keadilan kini benar-benar sampai di ujung timur negeri.
“Dulu kami harus ke Kota Waisai untuk beli BBM subsidi. Kalau tidak, ya terpaksa beli eceran mahal. Sekarang sudah ada SPBU di sini, kami bisa bernafas lega,” ujar Agus dengan senyum lebar, saat berbincang-bincang dengan iNewssorongraya.id, Sabtu (4/10/2025).
SPBU bernomor 86.984.21 yang berdiri di Kelurahan Sapokren, Distrik Waigeo Selatan, ini dikelola oleh pengusaha lokal. Sejak pompa pertama dihidupkan, warga pesisir tak lagi harus bersusah payah untuk mendapatkan bahan bakar bersubsidi. Harga BBM kini setara dengan kota, memberi ruang bagi ekonomi lokal untuk bergerak.
Program BBM Satu Harga yang dijalankan PT Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku ini bukan sekadar proyek energi, tetapi wujud nyata pemerataan pembangunan. “Kalau titik-titik 3T ini penentuannya dari pemerintah daerah dan Kementerian ESDM. Pertamina hanya sebagai operator yang ditugaskan BP Migas untuk mengakomodir sesuai penetapan,” jelas Sales Branch Manager Papua Barat I, Irsan Gasani, kepada iNewssorongraya.id di SPBU Napirboi.
Menurut Irsan, tantangan utama di Raja Ampat adalah akses logistik antarpulau. “Distribusi dilakukan dengan sistem multimoda, dari kapal ke jeti, lalu ke mobil tangki sebelum sampai ke lembaga penyalur. Kadang dari kapal ke drum, tergantung kondisi lapangan. Ship to ship belum diterapkan,” ujarnya.
Namun di balik kerumitan itu, upaya menghadirkan energi Merah Putih di Napirboi tetap berjalan. “Kalau dulu masyarakat beli dari sumber yang tidak jelas, sekarang mereka lebih mudah menjangkau SPBU resmi,” kata Irsan. Ia memastikan setiap liter bahan bakar diukur dengan standar nasional. “Maksimal toleransi 0,6, dan saat ini di angka 0,4, masih on spec. Kalau lewat dari itu, harus dikalibrasi ulang,” tambahnya.
Pertamina menargetkan pembangunan empat titik BBM Satu Harga di wilayah Papua Barat Daya pada 2025: di Mamberamo Raya, Raja Ampat, Ambon, dan Ternate. Untuk tahun berikutnya, enam titik tambahan disiapkan demi memperluas jangkauan energi di wilayah 3T.
Bagi masyarakat Napirboi, SPBU baru ini bukan sekadar fasilitas, melainkan penyambung kehidupan.
“Sekarang mau cari bbm untuk saya punya motor tra [tidak] tidak susah lagi ke Waisai. Di sini sudah ada, jadi sangat membantu dan meringankan beban operasional kami warga kecil,” kata Yoel, tukang ojek di Kampung Napirboi dengan wajah berseri.
Dulu, ia harus menunda mengantar penumpang ke Kota Waisai saat pasokan bensin kosong di pengecer. Kini, ia bisa ke Kota kapan saja untuk ojek, membawa harapan di setiap jalan yang ia tembus. “Kami bersyukur sekali, karena BBM satu harga sudah hadir di kampung kami,” tambahnya.
Kehadiran SPBU Napirboi bukan hanya menggerakkan roda ekonomi, tetapi juga memupuk kebanggaan lokal. Di tengah bentang laut Raja Ampat yang menakjubkan, energi Merah Putih kini benar-benar menyala—menghapus kesenjangan antara pesisir dan kota.
Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, Isfahani, menyebut program ini merupakan penugasan langsung dari pemerintah untuk memastikan energi yang adil bagi semua rakyat Indonesia.
“Untuk Papua, ada Mamberamo Raya dan Raja Ampat, sedangkan dua titik lainnya di Ambon dan Ternate. Tahun ini total ada 15 titik BBM Satu Harga di seluruh Indonesia,” kata Isfahani belum lama ini.
Ia menegaskan, kehadiran BBM Satu Harga bukan hanya soal bahan bakar, melainkan tentang pemerataan ekonomi di wilayah timur Indonesia. “Program ini mengurangi disparitas harga bahan bakar yang selama ini membebani masyarakat di daerah terpencil. Pertamina berkomitmen menjaga ketahanan energi nasional dan memastikan pemerataan akses hingga ke Tanah Papua,” ujarnya.
Kini, di Kampung Napirboi, setiap suara mesin angkot dan motor ojek menjadi simbol kehidupan yang terus berdenyut. Di tempat di mana dulu warga harus menempuh berjam-jam perjalanan demi sebotol bensin, kini berdiri pompa energi yang menyalakan harapan baru.
Napirboi bukan sekadar nama kampung—ia adalah metafora tentang bagaimana Indonesia menjaga janjinya: menghadirkan keadilan energi dari Sabang hingga Merauke. Di pesisir Raja Ampat, harapan itu kini berbunyi dalam ritme mesin yang hidup kembali. Napirboi telah menjadi napas panjang dari timur negeri.
Editor : Hanny Wijaya