Serangan Panah Beracun dan Bom Molotov di Distrik Elelim, Papua Pegunungan
JAYAPURA, iNewssorongraya.id – Suasana mencekam menyelimuti Kampung Elelim, Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan, Selasa (16/9/2025). Puluhan guru dan warga terjebak di tengah kepungan massa bersenjata panah beracun dan bom molotov. Namun, keberanian enam prajurit TNI menjadi penyelamat di saat harapan mulai memudar.
Kepala Distrik Elelim, Lukas Kepno, menceritakan bagaimana prajurit TNI bergerak cepat membuka jalur evakuasi di tengah serangan brutal.
“Mereka harus menghadapi serangan panah beracun serta lemparan bom molotov yang menyebabkan beberapa orang mengalami luka bakar maupun luka akibat panah,” ujar Lukas, Kamis (18/9/2025).
Menurut Lukas, para prajurit tetap tenang dan profesional meski nyawa mereka juga terancam. Alih-alih membalas dengan kekerasan, mereka memilih melindungi warga.
“Kami menyaksikan sendiri bagaimana prajurit menjaga kami di tengah situasi yang genting. Mereka tidak membalas serangan dengan kekerasan, justru melindungi guru dan warga agar tetap selamat. Itu adalah tindakan yang sangat manusiawi dan patut dihargai,” ucapnya.
Maria Matuan, guru SD Negeri Elelim, mengaku masih merinding saat mengingat detik-detik sekolahnya dikepung massa.
“Panah-panah berterbangan, kaca jendela pecah karena molotov dan kami tidak tahu harus bagaimana,” ungkap Maria.
Ia bercerita, enam prajurit TNI tiba tepat waktu untuk melindungi para guru dan murid.
“Saat itu enam prajurit TNI datang melindungi kami. Mereka berdiri di depan pintu, menenangkan kami dan akhirnya membawa kami keluar dengan selamat,” katanya penuh haru.
Momen heroik itu bukan hanya soal evakuasi, tapi juga tentang nilai kemanusiaan. Prajurit TNI memilih mengedepankan perlindungan terhadap masyarakat sipil meski berhadapan dengan ancaman mematikan.
Kisah penyelamatan ini kini menjadi sorotan warga Elelim. Tindakan prajurit yang memprioritaskan keselamatan warga dibanding balasan serangan, memberi pesan kuat tentang arti keberanian sejati: berdiri di garis depan demi melindungi nyawa orang lain.
Editor : Hanny Wijaya