Kunjungan Ratusan Turis Hidupkan Kembali Gairah Pariwisata Raja Ampat
WAISAI, iNewssorongraya.id – Gairah pariwisata Raja Ampat kembali bangkit setelah sempat terpuruk akibat polemik tambang yang membuat kunjungan wisatawan mancanegara terhenti lebih dari tiga bulan. Sabtu (13/9/2025), ratusan turis asing kembali memadati kampung wisata Yenwapnor, membuka lembaran baru kebangkitan destinasi dunia tersebut.

Rombongan wisatawan ini datang melalui kapal pesiar Cruiseasia dalam Silversea Expeditions bersama Destination Asia, membawa penumpang dari sejumlah negara diantaranya, Amerika, Australia, hingga Kolombia. Mereka berlabuh di perairan sekitar Arborek, sebelum melanjutkan perjalanan menuju sejumlah kampung wisata di Raja Ampat.
“Mereka diminta agen travel untuk singgah di Yenwapnor, melihat lokasi burung cenderawasih, menikmati bakar batu, tarian tradisional, dan kehidupan masyarakat lokal,” ujar pemandu wisata lokal, Yuli Wambrauw.

Kunjungan ini mencapai puncaknya ketika sekitar 400 wisatawan asing menyaksikan pertunjukan budaya di Kampung Yenwapnor. Suasana semakin hidup dengan kehadiran fotografer internasional yang bersemangat mengabadikan burung cenderawasih di habitat aslinya.
“Ada lima fotografer yang rela tinggal lebih lama untuk mengikuti suara burung hingga menemukan telaga tersembunyi. Mereka bukan hanya memotret, tetapi juga menyaksikan langsung tarian burung cenderawasih,” tutur Yuli.

Selain di Yenwapnor, kapal lain dengan sekitar 200 turis juga mengunjungi Mutus bersama Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Raja Ampat, Ferdinan Dimara. Bahkan, November mendatang, kapal pesiar besar dijadwalkan sandar di Pelabuhan Sorong untuk melanjutkan perjalanan ke Taman Wisata Alam, rumah etnik, hingga melihat UMKM Mama Papua.
Meski sempat terkendala persiapan mendadak, kehadiran turis ini memberi peluang ekonomi baru bagi masyarakat. Salah satu mama di Yenwapnor berhasil menjual cendera mata berupa gelang dan kalung seharga Rp200 ribu per buah, bahkan dibayar dengan dolar Amerika dan Australia.

“Kalau informasi datang lebih cepat, warga bisa menyiapkan makanan lokal, pakaian tradisional, dan souvenir lebih banyak. Itu sangat membantu pemasukan mereka,” ungkap Yuli.
Selain potensi ekonomi, wisatawan juga melihat langsung kondisi riil kampung, termasuk keterbatasan fasilitas pendidikan dan minimnya tenaga guru. “Kami hanya bisa jelaskan sebatas yang kami tahu, misalnya jumlah murid dan kondisi sekolah. Banyak anak harus pindah ke Waisai untuk melanjutkan pendidikan,” tambahnya.

Bagi pegiat pariwisata lokal seperti Yuli Wambrauw, kedatangan ratusan turis ini bukan hanya simbol kebangkitan, tetapi juga peluang untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan.
“Harapan saya, kapal-kapal besar yang masuk bisa menjadi berkah. Masyarakat harus cepat merespons dengan menyiapkan makanan, UMKM, dan souvenir khas. Itu bisa menambah pemasukan warga,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya kesadaran lingkungan. “Kami para guide yang turun langsung membersihkan sampah plastik sebelum tamu datang. Masyarakat harus mulai sadar soal kebersihan, karena Raja Ampat adalah ikon wisata dunia,” tegasnya.
Meski sempat terpukul oleh isu tambang, Raja Ampat kembali membuktikan diri sebagai destinasi kelas dunia yang memikat. Dengan panorama bawah laut, keindahan pulau-pulau karst, hingga pesona budaya lokal, pariwisata Raja Ampat kini kembali bersinar di mata dunia.
Editor : Hanny Wijaya