Merayakan Kemerdekaan di Tengah Derita: Potret Kehidupan Mas Ruroh, Ibu Tunggal Lima Anak

SORONG KOTA, iNewssorongraya.id – Di tengah gegap gempita perayaan HUT RI ke-80, ketika bendera merah putih berkibar di setiap sudut kota, terselip sebuah kisah perjuangan yang jarang terdengar. Kisah ini datang dari seorang ibu tunggal, Mas Ruroh (41), warga Jalan Udang, Klaemak 1, Kelurahan Klaligi, Distrik Sorong Manoi, Kota Sorong.
Hampir empat tahun lalu, suaminya meninggal dunia, meninggalkan ia dan kelima anaknya dalam kesunyian perjuangan. Sejak saat itu, ia menjadi tulang punggung keluarga, mengais rezeki dengan menjajakan makanan ringan di depan sekolah. Bukan untuk mencari kekayaan, melainkan demi memastikan perut anak-anaknya terisi dan pendidikan mereka tetap berjalan.
Namun, jalan hidupnya tidak semulus semangat yang ia tanamkan. Di belakang rumahnya berdiri kandang babi dan ayam milik tetangga yang menebarkan bau menyengat hingga masuk ke ruang tidur.
“Baunya itu sampai masuk ke dalam rumah. Anak-anak saya sering sesak napas dan gatal-gatal,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca saat ditemui iNewssorongraya.id, Jumat (15/8/2025).
Bau, Debu, dan Bising yang Menghantui
Kesulitan tidak berhenti di situ. Rumah sederhananya berdampingan langsung dengan galangan kapal. Setiap hari, suara memekakkan telinga dari proses blasting kapal dan debu tebal menjadi tamu yang tak diundang.
“Atap rumah saya bocor dan rusak. Anak-anak saya sering sesak napas akibat kegiatan blasting yang dilakukan perusahaan,” ujarnya lirih, sembari menunjukkan bagian seng yang bolong dimakan karat.
Ironisnya, keluhan ini telah berlangsung lama tanpa respons berarti dari pihak perusahaan. Debu, bau, dan bising seakan menjadi teman sehari-hari yang perlahan menggerogoti kesehatan keluarga kecil ini.
Tak Pernah Tersentuh Bantuan
Di tengah kesulitan bertubi-tubi, Mas Ruroh mengaku tak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Namanya tak pernah tercatat dalam daftar penerima bantuan sosial atau pendidikan.
“Saya berharap sekali pemerintah bisa melihat kami. Kami tidak pernah mendapatkan bantuan apa pun. Saya hanya ingin anak-anak saya bisa sekolah dengan baik,” katanya penuh harap.
Baginya, pendidikan adalah satu-satunya warisan berharga yang dapat ia berikan untuk anak-anaknya.
Harapan Pulang ke Kampung Halaman
Di sela perjuangan, ia menyimpan harapan besar: bisa kembali ke kampung halamannya. Ia percaya, di sana ia dan anak-anak akan hidup lebih tenang, jauh dari bau tak sedap dan bising yang menghantui tiap malam.
Ia berharap pemerintah atau paguyuban setempat mau memfasilitasi pertemuan dengan tetangga untuk mencari solusi terkait kandang hewan, serta membantu proses kepulangannya.
Potret Perjuangan di Bulan Kemerdekaan
Kisah Mas Ruroh adalah potret nyata keteguhan hati seorang ibu. Di tengah bulan kemerdekaan, perjuangannya mengingatkan bahwa arti merdeka bukan hanya bebas dari penjajahan, tetapi juga bebas dari belenggu kemiskinan, lingkungan yang tak layak, dan kesepian dalam perjuangan.
Di balik senyum tulusnya, tersimpan doa sederhana: agar ada tangan yang terulur, agar ia dan kelima anaknya bisa menghirup udara segar, hidup layak, dan melangkah menuju masa depan yang lebih baik.
Editor : Chanry Suripatty