Festival Sorai Waisai 2025: Warisan KKN UGM yang Didorong Jadi Event Resmi Daerah

WAISAI, iNewssorongraya.id – Suasana Pelabuhan Falaya, Kota Waisai, pada Selasa (5/8/2025) berubah menjadi lautan kegembiraan. Festival Sorai Waisai 2025 resmi digelar sebagai puncak pengabdian mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam program Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) di Distrik Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Mengusung tema “Rakyat Berdaya, Optimalkan Potensi Gerbang dari Surga Dunia”, festival ini menjadi penutup perjalanan 50 hari mahasiswa dalam membangun, mendengarkan, dan berkolaborasi bersama masyarakat setempat.
Acara tersebut dihadiri langsung oleh Bupati Raja Ampat, Orideko Iriano Burdam, S.IP., M.M., M.Ec.Dev., Wakil Bupati Drs. Mansur Shadan, M.Si., pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD), Kepala Distrik Waisai, para lurah, dosen pembimbing, hingga perwakilan institusi lokal dan ratusan warga.
Ketua Panitia Festival, Fakhri Muhammad, menjelaskan bahwa tema tersebut lahir dari pengamatan langsung potensi besar yang dimiliki masyarakat Waisai.
“Potensi Waisai bukan sekadar cerita, melainkan kekuatan nyata. Jika dikelola dan diberdayakan dengan baik, ia akan membuka pintu masa depan yang lebih cerah,” ujarnya.
Ia menambahkan, pengabdian di Waisai tidak hanya soal menjalankan program kerja, tetapi tentang membangun hubungan yang saling menguatkan.
“Waisai mengajarkan kami arti pengabdian yang sesungguhnya — tentang memberi, mendengarkan, dan berjalan bersama,” imbuhnya.
Dosen Pembimbing Lapangan, Dr. Djaka Marwasta, menekankan pentingnya kolaborasi lintas kampus.
“Setiap provinsi tempat kami mengabdi, kami ingin menggandeng perguruan tinggi lokal. Indonesia ini terlalu luas untuk dijangkau sendiri,” tegasnya.
Bupati Raja Ampat, Orideko Iriano Burdam, memberikan apresiasi tinggi atas kontribusi mahasiswa UGM.
“Saya tahu waktunya singkat, tetapi pengaruhnya sangat besar. Kami siap menerima ide dan masukan dari adik-adik mahasiswa untuk melanjutkan inovasi yang telah dimulai,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Bupati berpesan agar mahasiswa membawa pulang kenangan indah dari Raja Ampat dan “membuang hal-hal kurang menyenangkan ke laut bersama ombak.”
Koordinator Unit Mahasiswa, Irnandini Putri Imroatus, mengungkapkan bahwa timnya telah menuntaskan lebih dari 150 program kerja dari berbagai disiplin ilmu, melibatkan puluhan pemangku kepentingan, serta menjangkau lebih dari 5.700 warga di empat kelurahan: Waisai Kota, Saporodanco, Warmasen, dan Bonkawir.
Festival Sorai Waisai menampilkan ragam seni budaya, mulai dari tarian biota laut Raja Ampat oleh Sanggar Mbilin Kayam, penayangan film dokumenter “Uncover Behind Waisai”, hingga sesi pisah kenang yang diiringi lagu “Tujuhbelas” dari Tulus dan flashmob kebersamaan.
Puncak apresiasi datang dari Wakil Bupati Raja Ampat, Mansur Shadan, yang secara resmi membuka peluang menjadikan festival ini agenda tetap.
“Festival ini bukan hanya penutupan, tetapi wadah inspirasi dan kolaborasi. Pemerintah Kabupaten Raja Ampat siap menjadikan Festival Sorai Waisai sebagai program tahunan resmi,” tegasnya disambut tepuk tangan meriah warga.
Dengan berakhirnya acara ini, 50 hari pengabdian mahasiswa UGM di Raja Ampat meninggalkan warisan yang lebih dari sekadar kenangan — sebuah langkah nyata menuju pembangunan berkelanjutan di “Gerbang Surga Dunia”.
Editor : Hanny Wijaya