Aksi Blokade Jalan di Sorong Berlanjut, Rombongan Dandim dan Danrem Dihadang Massa

SORONG, iNewssorongraya.id – Ratusan massa masih melakukan aksi blokade jalan di ruas utama Trans Papua Barat Daya, Kilometer 17, Kota Sorong, hingga Minggu (16/2/2025) sore. Aksi ini menyebabkan lumpuhnya arus lalu lintas, dengan ratusan kendaraan roda dua dan empat tertahan di lokasi.
Dari pantauan Jurnalis iNewssorongraya.id di lapangan, Massa memblokade jalan dengan menggunakan ranting pohon dan membakar ban bekas. Puluhan aparat keamanan dari Polresta Sorong Kota dan Polres Sorong diterjunkan untuk mengamankan situasi dan berupaya melakukan negosiasi agar massa membuka blokade jalan.
Dalam aksi ini, rombongan Komandan Kodim (Dandim) 1802 Sorong dan Komandan Korem (Danrem) 181 Praja Vira Tama sempat dihadang massa saat melintas di lokasi. Kedua petinggi TNI itu sedang dalam perjalanan menghadiri rapat koordinasi bersama Wakapolda Papua Barat Daya dan keluarga korban di Mapolres Sorong. Setelah tertahan beberapa menit, massa akhirnya mengizinkan rombongan tersebut melewati blokade.
Selain itu, sejumlah anggota TNI yang berpakaian dinas juga sempat dihadang oleh massa dengan kayu dan diminta untuk tidak melintas di lokasi. Akibat aksi ini, banyak warga yang terpaksa meninggalkan kendaraan mereka dan berjalan kaki untuk pulang.
Dugaan Penyebab Blokade
Aksi blokade jalan ini diduga sebagai bentuk protes atas dugaan penganiayaan terhadap seorang warga berinisial AK yang berujung pada kematian. Berdasarkan informasi yang diperoleh, kejadian bermula pada Jumat (14/2/2025) malam ketika seorang warga berinisial FK terlibat keributan di sebuah kios di Kilometer 17. Kios tersebut diketahui milik orang tua dari menantu seorang oknum TNI. Oknum tersebut kemudian memanggil rekan-rekannya untuk datang ke lokasi.
Saat tiba di tempat kejadian, beberapa anggota TNI diduga melakukan pengeroyokan terhadap AK, yang tidak terlibat dalam keributan sebelumnya. AK kemudian dibawa pergi dan dikembalikan ke kompleks tempat tinggalnya. Pada Minggu (16/2/2025) pagi, AK dinyatakan meninggal dunia setelah mendapat perawatan di RSUD J.P Wanane, Kilometer 24, Kabupaten Sorong.
Tanggapan Aparat
Komandan Korem 181 Praja Vira Tama, Brigjen TNI Totok Sutriono, memastikan bahwa kasus ini sudah ditangani oleh Polisi Militer Kodam XVIII/Kasuari.
“Kasus ini telah ditangani oleh Danpomdam Kasuari. Awalnya, anggota kami sedang berpacaran. Namun, untuk lebih jelasnya, kami masih menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut. Saya juga sudah berkoordinasi dengan Polres Sorong untuk melakukan mediasi,” ujar Brigjen Totok.
Menanggapi insiden tersebut, tokoh masyarakat Leonard Idjie mempertanyakan tindakan kekerasan terhadap korban.
“Kalau memang seseorang bersalah, mengapa tidak diserahkan kepada pihak berwenang agar hukum ditegakkan? Kenapa justru hukum rimba yang diterapkan? Orang ditangkap lalu dibunuh begitu saja?” tegasnya.
Hingga kini, pihak TNI dan Polri masih melakukan pertemuan untuk menyelesaikan kasus dugaan penganiayaan yang melibatkan oknum anggota TNI dan berujung pada kematian warga Sorong. Situasi di lokasi masih tegang, sementara warga terus menuntut keadilan bagi korban.
Editor : Hanny Wijaya