Kontroversi Panggung Sakral Berubah Jadi Arena Duniawi, Anak Penginjil di Kota Sorong Murka!

SORONG, iNewsSorong.id – Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Pekabaran Injil ke-170 di Tanah Papua menuai kontroversi setelah panggung utama yang didirikan di halaman Kantor Wali Kota Sorong dan Kantor Gubernur Papua Barat Daya dijadikan arena dansa. Kejadian ini memicu kecaman keras dari berbagai pihak, terutama dari kalangan anak-anak penginjil yang menilai perayaan sakral ini telah diselewengkan dari makna aslinya.
Ferry Onim, anak seorang penginjil, dengan tegas mengecam tindakan tersebut. Menurutnya, perayaan ini seharusnya menjadi momen refleksi atas perjuangan para penginjil yang telah mengorbankan jiwa dan raga demi menyebarkan terang Kristus di Tanah Papua. Namun, alih-alih menghadirkan kesakralan, panggung perayaan justru berubah menjadi ajang hiburan duniawi yang bertolak belakang dengan nilai-nilai keimanan yang diwariskan oleh para misionaris terdahulu.
"Saya mengecam keras oknum-oknum yang menjadikan panggung Pekabaran Injil sebagai arena dansa. Ini adalah pengkhianatan terhadap nilai-nilai perjuangan para penginjil. Kami, sebagai anak-anak penginjil, sangat memahami beratnya tantangan dalam menjalankan misi pelayanan di pelosok Papua. Namun kini, justru euforia duniawi lebih diutamakan dibandingkan dengan nilai spiritual yang seharusnya dijaga," ujar Onim dengan nada geram.
Lebih lanjut, Onim meminta panitia pelaksana dan para artis yang terlibat dalam perayaan tersebut untuk segera memberikan klarifikasi atas kejadian yang terjadi pada 5 Februari 2025 di Kota Sorong. Ia juga mendesak Ketua Sinode GKI se-Tanah Papua untuk menegur Ketua Klasis Sorong atas kelalaian dalam mengontrol jalannya acara yang seharusnya bersifat sakral ini.
"Saya yakin Bapak Mofu, sebagai Ketua Sinode, masih mengingat bagaimana perjuangan para penginjil di wilayah Imekko, termasuk ayah saya yang juga seorang penginjil. Saya angkat suara karena ini bukan hanya sekadar acara seremonial, melainkan peringatan atas panggilan ilahi yang harus dijaga kesuciannya," tegasnya.
Onim juga menyerukan kepada seluruh anak-anak tokoh penginjil dan pemuda GKI se-Tanah Papua agar tidak tinggal diam dalam menghadapi fenomena ini. Menurutnya, penyalahgunaan panggung perayaan HUT Pekabaran Injil berpotensi membawa konsekuensi spiritual yang serius bagi masyarakat Papua.
"Kita harus menjaga nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para penginjil. Jangan sampai tindakan ini mengundang murka Tuhan atas tanah ini. Kita harus bersuara dan bertindak agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang," pungkasnya.
Hingga berita ini diturunkan, panitia pelaksana HUT Pekabaran Injil ke-170 belum memberikan pernyataan resmi terkait polemik ini.
Editor : Hanny Wijaya