Masyarakat Adat Suku Kawei Bangkit, Tolak Kehadiran Greenpeace dan Antek-anteknya

STEVANI GLORIA
Masyarakat adat Suku Kawei tegas menolak keras keberadaan Greenpeace yang dituding mengganggu kedaulatan adat mereka. Spanduk besar bertuliskan “Save Masa Depan Suku Kawei, Tolak Greenpeace dan Antek-anteknya di seluruh hak ulayat mayarakat adat. [IST]

 

SORONG, iNewssorongraya.id – Suara lantang menggema dari Kampung Selpele, Distrik Waigeo Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. Masyarakat adat Suku Kawei menegaskan penolakan keras terhadap keberadaan Greenpeace yang dituding mengganggu kedaulatan adat mereka. Spanduk besar bertuliskan “Save Masa Depan Suku Kawei, Tolak Greenpeace dan Antek-anteknya di seluruh hak ulayat Suku Kawei” kini terpasang di Pulau Wayag dan sejumlah titik strategis di Raja Ampat.


Masyarakat adat Suku Kawei tegas menolak keras keberadaan Greenpeace yang dituding mengganggu kedaulatan adat mereka. Spanduk besar bertuliskan “Save Masa Depan Suku Kawei, Tolak Greenpeace dan Antek-anteknya di seluruh hak ulayat mayarakat adat. [IST]

 

Bagi masyarakat Kawei, Greenpeace bukanlah penyelamat lingkungan, melainkan “musuh” yang menghambat akses mereka menuju kesejahteraan melalui tambang nikel yang dikelola oleh PT Kawei Sejahtera Mining (KSM).

“Mereka datang secara diam-diam seperti maling, tanpa permisi kepada kami sebagai pemilik hak ulayat yang sah,” tegas Yustus Ayei, tokoh masyarakat adat Kawei, dalam orasi yang disambut sorak dukungan warga belum lama ini


Masyarakat adat Suku Kawei tegas menolak keras keberadaan Greenpeace yang dituding mengganggu kedaulatan adat mereka. Spanduk besar bertuliskan “Save Masa Depan Suku Kawei, Tolak Greenpeace dan Antek-anteknya di seluruh hak ulayat mayarakat adat. [IST]

 

Gelombang Penolakan yang Menguat


Masyarakat adat Suku Kawei tegas menolak keras keberadaan Greenpeace yang dituding mengganggu kedaulatan adat mereka. Spanduk besar bertuliskan “Save Masa Depan Suku Kawei, Tolak Greenpeace dan Antek-anteknya di seluruh hak ulayat mayarakat adat. [IST]

 

Penolakan Greenpeace sebenarnya bukan baru sekali. Namun kali ini, intensitasnya lebih keras. Masyarakat dari empat marga adat—Daat, Ayelo, Arempele, dan Ayei—bersatu menuding organisasi internasional itu melakukan propaganda “keji” tanpa menghormati tatanan adat.


Warga suku Kawei dan karyawan, saat menyampaikan orasinya dalam demo menolak pencabutan IUP PT. KSM oleh Pemerintah. [FOTO : iNews : CHANRY]

 

Tokoh perempuan adat, Dina Ayelo, menyebut tuduhan Greenpeace soal kerusakan konservasi hanyalah fitnah.

“Apa yang dilakukan Greenpeace penuh propaganda. Kami sudah sejahtera dengan apa yang ada sekarang. Greenpeace jangan coba-coba masuk ke tanah ulayat kami,” kata Dina.


Masyarakat Adat Suku Kawei palang lokasi wisata Pulau Wayag yang jadi ikon wisata Raja Ampat.

 

Tokoh pemuda adat, Luther Ayelo, bahkan melontarkan kecaman keras terhadap organisasi kampanye lingkungan independen global tersebut. Mereka juga  menutup akses ke Pulau Wayag yang merupakan ikon pariwisata Raja Ampat, saat pemerintah pusat menutup operasi tambang.

“Karena perusahaan kami ditutup, maka Pulau Wayag juga kami tutup,” ujarnya Luther saat melakukan penutupan akses wisata Pulau Wayag belum lama ini.

 

Data dan Fakta dari PT KSM


Kondisi areal tambang, sesudah dilakukan penimbunan batuan dengan tanah untuk mencegah erosi, dan mengurangi infiltrasi air. [FOTO : DRONE]

 

Sikap keras masyarakat Kawei diperkuat dengan data resmi manajemen PT KSM yang menegaskan keberadaan tambang nikel di Pulau Kawei bukanlah ilegal. Perusahaan mengklaim telah memenuhi seluruh regulasi dan melaksanakan tanggung jawab sosial. Enam poin berikut menjadi dasar klaim mereka:

1. Legalitas Tata Ruang

Pulau Kawei telah ditetapkan sebagai kawasan pertambangan nikel berdasarkan Perda Provinsi Papua Barat Nomor 3 Tahun 2022 tentang RTRW 2022–2041, serta Perda Raja Ampat Nomor 3 Tahun 2012 tentang RTRW 2011–2030.

2. Izin Lima Kementerian

PT KSM memegang dokumen resmi dari lima kementerian, antara lain:

  • ESDM: SK IUP, RKAB 2024–2026, studi kelayakan, dan jaminan reklamasi.
  • KLHK: Persetujuan AMDAL pusat (Oktober 2024).
  • Kehutanan: Izin penggunaan kawasan hutan (Mei 2021).
  • KKP: PKKPRL (Agustus 2023).
  • Perhubungan: Izin terminal khusus (Januari 2024).

Kondisi out fall sendimen pond salasih periode agustus [FOTO : DRONE]

 

3. Produksi dan Penjualan

Sejak 2023, perusahaan mencatat produksi nikel sebesar 1.513.413 WMT, dengan penjualan mencapai 1.495.928,13 WMT.


Kondisi out fall sendimen pound salasih & yefbi periode Agustus.

 

4. Komitmen Lingkungan

Perusahaan mengeklaim telah menerapkan manajemen lingkungan, antara lain:

  • Menutup timbunan batuan dengan tanah dan vegetasi untuk mencegah air asam tambang.
  • Menjaga kestabilan lereng tambang.
  • Melaksanakan reklamasi dan revegetasi lahan yang telah ditambang.

Lokasi sesudah dilakukan reklamasi/revegetasi periode Agustus.

 

5. Pemberdayaan Masyarakat

Dampak sosial menjadi senjata utama PT KSM melawan narasi Greenpeace. Data perusahaan menyebutkan:

  • 83% tenaga kerja adalah Orang Asli Papua (OAP).
  • Program beasiswa D-III hingga S-3, termasuk satu mahasiswa program doktor.
  • Bantuan kesehatan penuh, termasuk biaya perjalanan pasien dan keluarga.
  • Renovasi sekolah, pustu, rumah genset, dan subsidi tenaga guru honorer.
  • Program pertanian dan perikanan dengan hasil ditampung perusahaan untuk konsumsi karyawan.

“Anak-anak kami bisa kuliah karena beasiswa dari perusahaan. Kami bisa berobat tanpa pikir biaya. Jadi, kami tahu siapa yang betul-betul bantu kami,” ujar seorang ibu Kawei penerima manfaat.


Lokasi mine out yang sesudah dilakukan penanaman pohon [reklamasi/revegetasi] periode Agustus

 

6. Penolakan Adat terhadap Greenpeace

Selain data teknis, dukungan masyarakat adat adalah nyata. Spanduk-spanduk penolakan Greenpeace kini terpasang di Pulau Wayag hingga kampung Selpele.


Masyarakat adat Suku Kawei tegas menolak keras keberadaan Greenpeace yang dituding mengganggu kedaulatan adat mereka. Spanduk besar bertuliskan “Save Masa Depan Suku Kawei, Tolak Greenpeace dan Antek-anteknya di seluruh hak ulayat mayarakat adat. [IST]

 

Politik Lingkungan dan Tarik Ulur Izin

Warga suku Kawei dan karyawan, saat menyampaikan orasinya dalam demo menolak pencabutan IUP PT. KSM oleh Pemerintah. [FOTO : iNews : CHANRY]

 

Gelombang protes masyarakat adat muncul setelah pemerintah pusat mencabut izin operasional PT KSM. Keputusan itu dinilai mengancam masa depan ratusan keluarga Kawei. Mereka mendesak Kementerian ESDM, KLHK, hingga KKP untuk segera mengembalikan izin tersebut.

“Kami membuat pernyataan ini dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan dari pihak manapun,” tegas Yustus.

Gubernur Papua Barat Daya, Elisa, mengaku akan menempuh jalur persuasif. “Saat ini masyarakat masih marah. Karena itu, kami akan masuk dengan pendekatan yang lebih baik,” ujarnya.

 

Pertarungan Narasi di Jantung Raja Ampat


Demo masyarakat adat Suku Kawei menolak kehadiran Greenpeace di wilayah adat mereka.[IST]

 

Konflik Greenpeace vs Suku Kawei di Raja Ampat menunjukkan benturan dua narasi besar. Greenpeace membawa agenda global konservasi lingkungan, sementara masyarakat adat Kawei mengedepankan realitas lokal: kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan kemandirian ekonomi.

“Kami tidak butuh orang luar datang ajari kami tentang hutan dan laut. Kami tahu cara jaga tanah kami, tapi kami juga butuh hidup lebih baik,” kata seorang nelayan Kawei.

 

Warga suku Kawei dan karyawan, saat menyampaikan orasinya dalam demo menolak pencabutan IUP PT. KSM oleh Pemerintah. [FOTO : iNews : CHANRY]

 

Greenpeace, Masyarakat Adat dan Dilema Abadi Raja Ampat

Pertarungan ini menyingkap dilema klasik Papua: antara konservasi dan pembangunan. Data PT KSM memperlihatkan upaya legalitas, reklamasi, dan program CSR. Namun, gesekan dengan Greenpeace memperlihatkan bahwa isu lingkungan di Raja Ampat tidak bisa dipisahkan dari politik identitas, kedaulatan adat, dan hak masyarakat atas tanah ulayatnya.

 

Editor : Hanny Wijaya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network