KNPI Maybrat Angkat Kearifan Lokal Papua Barat Daya Lewat Ajang KNPI Roadrace Championship 2025
KUMURKEK, iNewssorongraya.id – Suara deru knalpot berpadu dengan riuh tepuk tangan ribuan penonton memenuhi udara Kumurkek, Ibu Kota Kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya. Selama tiga hari penuh, sejak 23 hingga 25 Oktober 2025, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Maybrat sukses menggelar KNPI Roadrace Championship 2025, ajang balap motor yang bukan sekadar pertarungan adrenalin, tetapi juga wadah pelestarian budaya lokal.
Di Sirkuit Dadakan Faitmayaf, para pembalap muda dari berbagai daerah di Papua Barat Daya memacu mesin mereka dengan penuh semangat. Lintasan sementara yang disulap dari jalan umum itu berubah menjadi arena bergengsi penuh sorak sorai masyarakat. Namun, yang membuat perhelatan ini istimewa bukan hanya kecepatan di lintasan, melainkan juga bagaimana tradisi dan sportivitas berpadu secara elegan.
Ketua KNPI Kabupaten Maybrat, Steven Murafer, menghadirkan inovasi yang mencuri perhatian publik. Alih-alih menampilkan “putri payung” di grid start seperti pada balapan umumnya, Steven memperkenalkan Koba Koba, payung tradisional khas masyarakat adat Papua Barat Daya yang dibuat dari anyaman daun pandan hutan dan kulit kayu pohon ganemon.
“Koba Koba bukan hanya payung, tapi simbol budaya kami, dan ini adalah cara kami mengangkatnya ke panggung nasional,” ujar Steven Murafer di sela-sela perlombaan.
Koba Koba bukan sekadar pelindung dari panas matahari atau hujan. Bagi masyarakat Suku Moi dan Maybrat, benda ini memiliki makna filosofis yang dalam. Terbuat dari bahan alami yang tumbuh di pegunungan, Koba Koba biasanya dirajut oleh kaum perempuan dan digunakan sebagai penanda kehormatan dalam kegiatan adat.
Produk ini tahan air dan bisa bertahan hingga tiga tahun. Selain berfungsi sebagai payung, Koba Koba juga digunakan sebagai tikar tidur, wadah bekal, tas surat, hingga tempat menyimpan parang dan anak panah. Proses pembuatannya unik: setelah daun pandan diasapi dan dilipat, setiap helai dijahit menggunakan kulit kayu pohon Ganemon untuk menyatukan lembarannya. Motif garis diagonal khas yang muncul bukan hasil lukisan, melainkan akibat dari proses pelipatan dan pengasapan itu sendiri.
“Ini bukan kantong ajaib, tapi Koba Koba bisa membawa banyak hal dan tetap kuat. Ringan, tahan air, dan dibuat dari bahan alami. Ini warisan kami yang sudah turun-temurun,” jelas Steven Murafer bangga.
Langkah inovatif KNPI Maybrat ini menuai pujian luas. Masyarakat menilai kegiatan tersebut bukan hanya memperkenalkan olahraga otomotif di daerah, tetapi juga memperkuat rasa bangga terhadap identitas budaya lokal. Ajang ini menjadi bukti nyata bahwa modernitas dan tradisi bisa berjalan beriringan tanpa harus saling meniadakan.
“Kami ingin menunjukkan bahwa pemuda Maybrat bisa berprestasi di bidang olahraga dan otomotif, tapi juga tetap berakar pada budaya kami,” kata Steven.
Sebagai Ketua KNPI Maybrat periode 2025–2028, Steven menegaskan bahwa kejuaraan ini bukan sekadar hiburan, melainkan bentuk pembinaan bagi generasi muda agar menyalurkan energi dan bakatnya ke jalur yang positif. “Melalui kejuaraan ini, kami ingin menyalurkan bakat pemuda di jalur yang aman dan resmi, agar mereka tidak lagi melakukan balapan liar, sekaligus mempererat tali persaudaraan di antara masyarakat Maybrat,” ujarnya.
Antusiasme masyarakat begitu luar biasa. Ribuan penonton memadati area sirkuit, sementara puluhan rider muda menunjukkan potensi besar olahraga otomotif di wilayah Papua Barat Daya. Melihat kesuksesan ini, KNPI Maybrat berencana menjadikan KNPI Roadrace Championship sebagai agenda tahunan berkelanjutan.
Lebih dari sekadar perlombaan, KNPI Roadrace Championship 2025 menjadi simbol perubahan. Ajang ini membuktikan bahwa pemuda Maybrat mampu menjadi motor penggerak kemajuan – tangguh di lintasan, tetapi tetap arif menjaga akar budaya. Dengan menghadirkan Koba Koba di panggung otomotif nasional, Maybrat kini tak hanya dikenal karena pesonanya, tetapi juga karena keberaniannya mengawinkan tradisi dan modernitas dalam satu nafas kebanggaan.
Editor : Chanry Suripatty