Gerakan Kelambu Massal 2025, Langkah Nyata Wali Kota Sorong Menuju Kota Sehat Tanpa Malaria

SORONG KOTA, iNewssorongraya.id – Pemerintah Kota Sorong menancapkan komitmen kuat menuju eliminasi malaria pada 2029. Langkah konkret itu dimulai lewat pencanangan Distribusi Kelambu Massal Tahun 2025 yang digelar di Posyandu Bahagia, Kelurahan Klawasi, Distrik Sorong Barat, Senin (7/10/2025). Gerakan ini menjadi simbol perubahan dari kota endemis menuju masyarakat sehat dan produktif.
Data Dinas Kesehatan Kota Sorong menunjukkan tren kasus malaria sempat melonjak tajam dalam empat tahun terakhir. Tahun 2021 tercatat 766 kasus positif, meningkat menjadi 1.749 kasus pada 2022, kemudian melonjak ke 3.831 kasus pada 2023 dan mencapai 3.925 kasus pada 2024. Namun, pada 2025, tren itu mulai menurun menjadi 2.818 kasus positif.
Wali Kota Sorong, Septinus Lobat, menegaskan bahwa malaria masih menjadi ancaman serius karena sebagian besar warga tinggal di kawasan rawa yang ideal bagi berkembangnya nyamuk pembawa penyakit.
“Kota Sorong ini memang daerah rawa. Jadi trennya dulu terus naik, dari 700, naik jadi 1.000, kemudian 3.000 kasus. Syukurlah sekarang sudah turun jadi 2.000-an. Tapi ini tetap jadi perhatian serius bagi kita semua,” ujarnya.
Wali Kota menekankan tiga langkah kunci pemerintah daerah: perencanaan pencegahan, pengadaan kelambu sesuai kebutuhan lapangan, dan edukasi penggunaan kelambu secara benar.
“Jangan sampai satu rumah berisi sebelas orang cuma dapat satu kelambu kecil, lalu sobek satu malam. Jadi edukasi juga penting supaya masyarakat tahu cara penggunaannya,” tegas Septinus.
Dalam sambutannya, Septinus sempat menceritakan pengalaman pribadinya semasa kecil di kampung Wanurian, wilayah dengan kondisi rawa tanpa fasilitas kesehatan.
“Kalau sekarang orang pakai kelambu, dulu saya tidur di dusun-dusun sagu dengan badan kosong saja. Tapi puji Tuhan, saya masih hidup sampai hari ini. Kalau bukan karena kemurahan Tuhan, mungkin saya sudah tidak ada,” ujarnya mengenang.
Kisah itu menjadi pengingat bahwa perjuangan melawan malaria bukan hal baru bagi masyarakat Papua Barat Daya. Kini, dengan teknologi dan kesadaran yang meningkat, perjuangan itu diarahkan menuju transformasi nyata di bidang kesehatan publik.
Pemerintah Kota Sorong optimistis, dengan strategi intervensi terintegrasi dan pengawasan lapangan yang ketat, target bebas malaria pada 2029 bisa tercapai lebih cepat dari target nasional.
“Kita semua punya tanggung jawab yang sama untuk memberantas malaria, atau setidaknya menguranginya secara signifikan. Terima kasih kepada Dinas Kesehatan dan seluruh kepala puskesmas yang terus bekerja di lapangan,” tutur Wali Kota.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Sorong, Jemima Elisabeth, menjelaskan bahwa penurunan ini menandai keberhasilan intervensi pemerintah melalui kampanye penggunaan kelambu dan edukasi masyarakat.
“Pendistribusian kelambu massal diharapkan dapat dilakukan tepat waktu, sehingga manfaatnya sebagai alat pencegahan bisa maksimal. Masyarakat juga perlu sadar pentingnya menggunakan kelambu setiap malam,” kata Jemima.
Menurutnya, program ini tak hanya soal distribusi alat, tetapi juga melibatkan partisipasi aktif kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan lintas sektor. Kolaborasi inilah yang diharapkan menjadi fondasi kuat untuk mempercepat eliminasi malaria di Kota Sorong sebelum target nasional.
Distribusi kelambu massal 2025 diharapkan menjadi tonggak awal menuju masyarakat Kota Sorong yang lebih sehat, tangguh, dan sadar akan pentingnya pencegahan penyakit sejak dari rumah sendiri.
Program kelambu massal ini bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan bagian dari gerakan sosial yang menanamkan budaya hidup sehat di tengah masyarakat. Dari rumah-rumah di rawa hingga pusat kota, kelambu kini menjadi simbol perlindungan, kesadaran, dan harapan menuju Sorong yang benar-benar bebas malaria.
Editor : Chanry Suripatty