UNAMIN Sorong Bangun Harapan Baru Petani Aimas Lewat Agroforestri Gaharu
AIMAS, iNewssorongraya.id – Di sebuah lahan percontohan seluas satu hektare di Kelurahan Aimas, Kabupaten Sorong, harapan itu tumbuh perlahan. Ratusan bibit gaharu berdiri berjejer di bawah naungan pohon jati dan jabon, seolah menjadi saksi lahirnya perubahan baru bagi petani lokal. Dari tanah yang dulu bergantung pada pupuk kimia dan pola monokultur, kini muncul sistem pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan—berkat pendampingan Universitas Muhammadiyah Sorong (UNAMIN).
Melalui program pengabdian berjudul “Pemberdayaan Masyarakat melalui Penanaman Pohon Gaharu di Lahan Persemaian Berbasis Agroforestry”, tim dosen dan mahasiswa UNAMIN menghadirkan pendekatan pertanian terpadu yang ramah lingkungan. Program yang berlangsung sejak Oktober 2025 ini dilaksanakan dengan metode Participatory Action Research (PAR), yang menempatkan petani sebagai mitra utama dalam setiap proses.
Program ini dipimpin oleh Ir. Irnawati, S.Hut., M.P., bersama dosen Ponisri, Nur Hidaya, dan Muh. Fadil Hasa. Mereka menanam 100 bibit gaharu di lahan milik Kelompok Tani Cahaya Tani, disertai tumpangsari terong, tomat, jagung, dan cabai.
Irnawati menyebut program ini lahir dari keprihatinan atas degradasi tanah akibat pola tanam tunggal dan penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan.
“Kami ingin membantu petani agar lebih mandiri dan ramah lingkungan. Dengan sistem agroforestri, petani tidak hanya menanam tanaman hortikultura, tetapi juga tanaman kehutanan bernilai ekonomi tinggi seperti gaharu,” ujarnya dalam pendampingan lapangan.
Dampak awal sangat terasa. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan petani meningkat hingga 90 persen, sementara ketergantungan terhadap pupuk kimia terus menurun.
“Kami ingin agar petani bisa menanam gaharu di sela tanaman lain tanpa merusak lahan. Agroforestri memberi manfaat ekonomi sekaligus menjaga lingkungan,” tambahnya.
Keunikan program ini terletak pada kolaborasi 20 mahasiswa lintas jurusan dalam Program Mahasiswa Berdampak UNAMIN 2025. Setiap disiplin ilmu membawa kontribusi berbeda—dan itulah yang membuat program ini hidup.
Kolaborasi lintas ilmu ini menjembatani teori dan realitas lapangan—menjadikan ruang belajar yang tidak hanya berada di kelas, tetapi tumbuh bersama masyarakat.
Warga setempat menyambut program ini dengan antusias. Ketua Kelompok Tani Cahaya Tani, Pak De Nur, merasakan langsung perubahan yang terjadi sejak sistem agroforestri diterapkan.
“Kami tanam gaharu di sela jati dan jabon. Tumbuh bagus karena teduh. Sekarang kami punya harapan baru untuk hasil jangka panjang,” ujarnya dengan nada optimistis.
Evaluasi lapangan menunjukkan bahwa 80 persen petani telah mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Sementara itu, 95 persen dari mereka kini aktif terlibat dalam kegiatan kelompok tani, sebuah peningkatan solidaritas yang tidak hanya menguatkan ekonomi, tetapi juga kebersamaan sosial.
Program yang didukung LPPM UNAMIN dan Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kemendikbudristek ini selaras dengan tujuan SDGs 2030, yakni Tanpa Kemiskinan, Tanpa Kelaparan, serta Menjaga Ekosistem Darat.
Irnawati menegaskan bahwa keberhasilan program ini menunjukkan pentingnya ilmu yang berpihak kepada masyarakat.
“Mahasiswa berdampak telah menunjukkan bahwa ilmu bukan hanya di kelas, tapi tumbuh bersama masyarakat. Ini bukti nyata kolaborasi lintas ilmu untuk pembangunan berkelanjutan,” tegasnya.
Melihat dampak positifnya, UNAMIN Sorong berencana memperluas model agroforestri gaharu ke wilayah lain di Sorong Raya. Dengan keberhasilan awal yang kuat, program ini menjadi inspirasi bahwa konservasi dapat berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan.
Dari Aimas, pesan itu jelas: pohon-pohon kecil yang tumbuh hari ini bukan sekadar bibit gaharu—mereka adalah jejak harapan, pendidikan, dan kerja sama menuju masa depan hijau yang lebih kuat.
Editor : Chanry Suripatty