Tragedi Puncak Jaya: 9 Tewas, Ratusan Terluka dalam Konflik Pilkada Berdarah

MULIA, iNewssorongraya.id – Konflik pasca-Pilkada di Kabupaten Puncak Jaya terus bergejolak dan telah mengakibatkan sembilan orang tewas serta 428 orang luka-luka. Bentrokan antara dua kelompok pendukung pasangan calon bupati berlangsung sejak akhir 2024 hingga awal 2025, memicu kekacauan di wilayah tersebut.
Kapolda Papua Tengah, Brigjen Pol Alfred Papare, dalam konferensi pers di Mapolres Puncak Jaya, Selasa (11/3), mengungkapkan bahwa korban tewas berasal dari kedua kubu paslon bupati. Dari kubu paslon 01 terdapat lima korban jiwa, sementara dari kubu paslon 02 tercatat empat korban jiwa. Selain itu, sebanyak 301 orang dari kubu paslon 01 dan 127 orang dari kubu paslon 02 mengalami luka-luka akibat bentrokan.
“Perang antarpendukung ini telah menimbulkan dampak besar bagi masyarakat, tidak hanya korban jiwa tetapi juga kerusakan materiil yang signifikan,” ujar Kapolda.
Kerusuhan juga menyebabkan kebakaran 179 bangunan, termasuk 177 rumah, satu gedung sekolah dasar, dan satu kantor balai desa. Selain itu, 28 kendaraan, terdiri dari enam mobil double cabin, satu truk, dan 11 sepeda motor, turut dibakar dalam insiden tersebut.
Situasi yang tidak kondusif memaksa sekitar 1.933 warga mengungsi ke berbagai lokasi yang dianggap aman. Para pengungsi tersebar di beberapa titik, seperti Polres Puncak Jaya (47 orang), Kodim 1714 Puncak Jaya (431 orang), halaman GIDI Mulia (509 orang), Sekolah Al Kitab Mulia (900 orang), Masjid Al Mujadidin (38 orang), Polsek Mulia (23 orang), dan Koramil Mulia (8 orang).
Dalam upaya meredam konflik, aparat keamanan telah melakukan razia senjata tradisional yang digunakan dalam bentrokan. Hasil razia mencakup 8.789 anak panah, 460 tali busur, 497 busur panah, 18 kapak, dua pucuk senapan angin, 2.500 ketapel, satu ketapel rakitan, satu unit HT, 10 atribut kepala perang, enam meriam kaleng, dan 512 parang. Selain itu, enam orang yang diduga sebagai kepala perang telah diamankan dan sedang menjalani pemeriksaan.
Kapolda menegaskan bahwa meskipun telah dilakukan kesepakatan damai yang dimediasi oleh Gubernur Papua Tengah pada Senin (10/3), proses hukum terhadap pelaku kekerasan akan tetap berjalan.
“Dampak yang ditimbulkan dari perang ini sangat besar bagi masyarakat. Oleh karena itu, proses hukum tetap akan berjalan untuk memastikan pertanggungjawaban hukum,” tambahnya.
Sementara itu, Pj Bupati Puncak Jaya, Yopi Murib, mengimbau seluruh masyarakat, termasuk intelektual, mahasiswa, dan tokoh agama, untuk mendukung upaya keamanan yang dilakukan aparat kepolisian. Ia juga meminta agar masyarakat dari wilayah lain tidak datang ke Mulia untuk berperang, karena aparat keamanan akan mengambil tindakan tegas.
“Kami meminta warga agar tidak ada lagi niat untuk berperang. Saat ini, keamanan dan kedamaian menjadi prioritas agar masyarakat bisa kembali beraktivitas seperti biasa,” ujar Yopi Murib.
TNI dan Polri berkomitmen untuk terus melakukan razia dan sweeping guna memastikan tidak ada lagi potensi konflik. Dandim 1714 Puncak Jaya, Letkol Inf Irawan Setya Kusuma, menegaskan bahwa pihaknya akan terus mendukung aparat kepolisian dalam menegakkan hukum dan mengamankan wilayah.
“Kami akan terus melakukan razia hingga Puncak Jaya benar-benar bersih dari alat perang dan potensi konflik,” katanya.
Kapolres Puncak Jaya, AKBP Kuswara, menambahkan bahwa masyarakat dari kedua kubu paslon yang bukan berdomisili di Kota Mulia diimbau untuk kembali ke daerah asal masing-masing guna menghindari bentrokan lanjutan.
“Kami berharap seluruh warga segera kembali ke distrik dan kampung masing-masing. Aparat keamanan akan terus melakukan razia sampai situasi benar-benar kondusif,” tutupnya.
Editor : Hanny Wijaya