SORONG-PBD, InewsSorong.id - Kekecewaan para pegawai RSUD Dr. J.P. Wanane yang dipendam selama dua tahun belakangan ini akhirnya dapat diungkap dalam aksi demonstrasi para tenaga medis RSUD yang digelar di halaman rumah sakit pada Jumat (17/3/2023).
Dalam aksi demonstrasi para tenaga medis yang adalah para dokter, perawat, bidan serta karyawan RSUD. Mereka dengan kecewa menyampaikan sejumlah unek-uneknya, atas kegagalan Direktur RSUD Dr. J.P. Wanane, dr. Hendrik Theo Mansa selama dua tahun memimpin rumah sakit tersebut.
Tak hanya itu mereka bahkan mendesak Penjabat Bupati Sorong untuk segera mencopot Theo Mansa dari jabatannya selaku direktur RSUD. Dia dianggap tidak layak untuk memimpin rumah sakit tersebut karena tidak transparan dalam menjalankan amanah yang diberikan.
Dari informasi yang didapatkan iNewsSorong.id diketahui kegagalan dr. Theo Mansa diantaranya soal pemotongan hak pegawai seperti insentif, dimana hal insentif jasa medik dokter yang sebelumnya diterima sekitar Rp. 30.000.000,- per dua bulan semasa kepemimpinan direktur dr. Theo Mansa hanya dibayar sebesar Rp. 9.000.000,- per dua bulan. Insentif perawat yang biasa diterima per dua bulan sebesar Rp. 2.500.000,- kali ini turun drastis dan hanya diterima sebesar Rp. 500.000,-.
" Hal ini kami nilai tidak masuk akal, direktur dalam laporannya ke Bupati dimana rumah sakit surplus Rp. 40 miliar, tapi kenyataannya, hak kami dipotong tidak tanggung-tanggung," ujar salah seorang dokter dalam aksi demonstrasi tersebut.
Tak hanya itu, salah seorang Bidan, Elisabeth Welin mengaku kecewa soal tranparansi oleh sang direktur. Sebab pembayaran jasa medis tidak sesuai dengan beban kerja para tenaga medis di rumah sakit tersebut.
"Ini masalah transparansi ini dan sudah kali kedua ganti pemimpin tetap saja sama, sebagai pelaksana dilapangan kenyataan yang diterima tidak sesuai dengan beban tanggungjawab kami," ungkap bidan Elisabeth,Jumat (17/3/23).
Elisabeth melanjutkan, pihaknya selama ini telah bekerja sesuai petunjuk pimpinan akan tetapi kenyataan yang terjadi pada semua jasa pelayanan tidak sesuai.
" Jadi pimpinan memakai istilah diatas lebih besar dibawah lebih kecil,"ungkap Bidan Elisabeth dengan nada kecewa.
Lanjut Elisabeth, aksi demonstrasi untuk menyampaikan keluhan ini sebenarnya tidak akan terjadi jika hal pegawai diberikan sesuai dengan beban kerja mereka.
"Cobalah tuntutan hari ini setidak-tidaknya diapresiasi dikasih hak-hak kami sesuai dengan beban kerja kami masing-masing jadi tidak dipukul rata, setidaknya ada point-point tertentu yang harus diperhatikan terlebih dahulu sebelum membayar beban kami,"tegasnya.
Selain Bidan Elisabeth, salah seorang perawat, Ulis Tasidjawa mengungkapkan rasa Kekecewaan para tenaga medis dan karyawan terhadap pimpinan mereka dr. Hendrik Theo Mansa atas hak mereka yang tidak sesuai dengan beban kerja selama ini. Tak hanya itu, janji direktur yang tidak sesuai kenyataan. Padahal menurut Ulis, semua telah dilaksanakan sesuai perintah pimpinan.
"Kami selalu dituntut untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban.Yang paling sederhana yakni masuk kerja tepat waktu. Tapi sayangnya hak kami diabaikan yang dijanjikan tidak pernah ditepati contoh sederhana baju dinas yang tidak pernah direalisasi," terangnya.
Bukan hanya itu, soal angkutan antar jemput karyawan rumah sakit pun hingga kini tidak direalisasi, padahal menurut Ulis, ada unit kendaraan milik RSUD namun sudah beberapa tahun tidak beroperasi.
"Ada banyak hal diucapkan namun kenyataannya tidak terwujudkan sama sekali, untuk itu sekali lagi kami minta tolong perhatikan kami petugas lapangan tolong dengarkan suara hati kami," pungkasnya.
Dalam aksi demonstrasi para tenaga medis dan karyawan RSUD Dr. J.P Wanane tersebut, mereka menunjukkan sejumlah kegagalan sang direktur selama memimpin rumah sakit tersebut, diantaranya :
1. Jasa Medik
a. Terlambat Jasa Medik (9 bulan)
b. Tidak transparan (jasa medik dirasakan makin kecil dibandingkan sebelumnya)
c. Uang bimbingan pra ppds belum dibagikan
d. Uang Jasa Steril dari BKKBN
2. Tarif RS
a. MCU
b. Perusahaan Swasta
3. Sistem Transportasi untuk Karyawan Rumah sakit.
4. Fasilitas RS banyak yang rusak (tidak ada maintenance).
5. Tata Kelola Rumah Sakit yang Carut Marut.
6. Hentikan Praktek ONE MAN SHOW.
Atas hal tersebut, selain menuntut agar Penjabat Bupati Sorong segera mencopot Direktur RSUD. Para tenaga medis dan karyawan juga meminta pihak penegak hukum untuk segera melakukan pemeriksaan terhadap direktur RSUD Dr. J.P. Wanane.
" Tranparansi yang sangat buruk, selain kami desak Penjabat Bupati Sorong untuk mencopot yang bersangkutan dari jabatan direktur, kami minta agar pihak penegak hukum segera melakukan pemeriksaan terhadap masalah dugaan pemotongan hak-hak pegawai di rumah sakit ini,"ungkap salah seorang tenaga medis.
Editor : Chanry Suripatty