PEGUBIN, iNewssorongraya.id – Di balik keheningan siang di Distrik Oksibil, sebuah pemandangan yang menggugah hati menyapa para personel Operasi Damai Cartenz 2025. Seorang perempuan paruh baya, dengan langkah mantap dan senyum hangat, membawa seutas noken yang penuh dengan hasil panen dari kebunnya. Dialah Mama Elliyah, sosok yang tanpa pamrih ingin berbagi dengan mereka yang selama ini menjaga kampung halamannya.
Di dalam noken yang tergantung di punggungnya, singkong segar yang masih panjang tersusun rapi. Dengan tangan yang telah banyak melewati perjalanan hidup, ia menyerahkan hasil bumi itu kepada para personel yang berjaga di pos. Baginya, berbagi adalah bentuk kasih sayang, cara sederhana tetapi penuh makna untuk menunjukkan bahwa mereka tidak sendiri.
“Saya sering lihat bapak-bapak polisi berjaga di sini. Mereka juga butuh makan, sama seperti kita di rumah. Saya hanya ingin berbagi, supaya kita semua bisa merasa dekat dan saling membantu,” ucapnya dengan suara lembut, mata teduhnya memancarkan ketulusan yang tak tergantikan.
Momen ini tak hanya menyentuh hati para personel, tetapi juga mengukuhkan hubungan yang lebih erat antara masyarakat dan aparat keamanan. Bripda Abdulrohman Wahyu Saputra, salah satu personel yang menerima pemberian Mama Elliyah, tak bisa menyembunyikan rasa harunya.
“Ini adalah bentuk cinta dan penghargaan yang luar biasa. Kami merasa diterima sebagai bagian dari mereka. Kebersamaan ini yang membuat tugas kami lebih bermakna,” katanya dengan senyum penuh syukur.
Sebagai ungkapan terima kasih, para personel Damai Cartenz 2025 pun memberikan sekardus mi instan untuk Mama Elliyah. Kecil bagi sebagian orang, tetapi bagi Mama Elliyah, itu adalah simbol perhatian dan kepedulian yang tak ternilai.
Wakil Kepala Operasi (Wakaops) Damai Cartenz 2025, Kombes Pol. Adarma Sinaga, turut mengapresiasi peristiwa ini. Baginya, momen seperti ini adalah bukti nyata bahwa keharmonisan bisa tumbuh di tanah Papua, di mana aparat keamanan dan masyarakat hidup berdampingan dalam semangat persatuan.
“Kebaikan hati Mama-mama Papua seperti ini adalah cerminan nilai luhur bangsa kita. Ini yang harus terus dijaga, karena persatuan dan kemanusiaan adalah kunci bagi kehidupan yang damai,” ujarnya.
Di Pegunungan Bintang, jauh dari hiruk-pikuk kota besar, kisah kebersamaan terus terajut. Momen kecil seperti ini menjadi pengingat bahwa di tengah segala tantangan, kasih sayang dan ketulusan adalah bahasa universal yang selalu menyatukan manusia. Sebuah pelajaran berharga dari seorang Mama Papua yang sederhana, namun sarat makna: bahwa berbagi bukan tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa besar ketulusan yang kita berikan.
Editor : Chanry Suripatty
Artikel Terkait