Wali Kota Sorong Kukuhkan Dekranasda 2025–2030: Dorong Ekonomi Kreatif dan Pelestarian Budaya Papua

SORONG, iNewssorongraya.id — Di tengah upaya memperkuat ekonomi kreatif berbasis budaya Papua, Wali Kota Sorong Septinus Lobat resmi mengukuhkan pengurus Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Sorong periode 2025–2030. Momen ini tak hanya menjadi seremoni kelembagaan, tetapi juga simbol kebangkitan pengrajin lokal sebagai tulang punggung ekonomi baru di Tanah Papua.
Dalam struktur kepengurusan baru, Jemima Elisabeth Lobat, ditetapkan sebagai Ketua Umum Dekranasda Kota Sorong. Ia didampingi oleh sejumlah pejabat dari enam OPD lingkup Pemkot Sorong, termasuk Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Plt Kadiskominfo. Susunan ini diharapkan mampu memperkuat sinergi antara kebijakan pemerintah dan inovasi perajin lokal.
Dalam sambutannya di Gedung Lambert Jitmau, Kamis (9/10/2025) pagi, Wali Kota Sorong menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk membangun ekosistem ekonomi kreatif yang inklusif.
“Kita perlu data akurat tentang jumlah pengrajin, terutama mereka yang termasuk dalam kelompok UMKM. Dari data awal, sekitar 6.600 pelaku usaha masuk kategori UMKM, dan sebagian di antaranya adalah pengrajin lokal. Ini perlu dipisahkan agar pembinaan lebih terarah,” ujar Septinus Lobat.
Wali Kota menyinggung pentingnya perhatian terhadap pengrajin asli Papua, khususnya pembuat noken dari suku Moi—warisan budaya yang sarat makna sosial dan spiritual.
“Setiap wilayah punya kekhasan seperti noken Moi Kalabra dan Moi Kelim, yang berbeda bentuk dan coraknya. Ini potensi besar yang belum tergali dan perlu dipromosikan pada ajang nasional maupun internasional,” tegasnya.
Untuk memperluas jangkauan pasar, Pemkot mendorong Dekranasda bekerja sama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Kominfo guna memperkuat promosi digital produk lokal.
“Produk kerajinan Sorong bisa dipasarkan secara daring, bahkan menarik wisatawan yang datang sebelum menuju Raja Ampat. Dengan promosi yang baik, kerajinan Sorong bisa menjadi daya tarik ekonomi kreatif yang berkelanjutan,” tambah Septinus Lobat.
Wali Kota menegaskan, keberadaan Dekranasda bukan sekadar organisasi sosial, melainkan mitra strategis pemerintah dalam memperkuat fondasi ekonomi kreatif berbasis budaya.
“Dengan kolaborasi yang baik, kita bisa mewujudkan Sorong sebagai pusat kerajinan dan ekonomi kreatif unggul di Tanah Papua,” tuturnya penuh optimisme.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Kota Sorong Jemima Elisabeth Lobat menekankan pentingnya semangat kerja kolektif dan profesionalitas dalam menjalankan tugas organisasi.
“Dekranasda bukan hanya wadah sosial, tetapi juga mitra pemerintah dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya dan sumber daya alam daerah,” ujarnya.
Ia menjelaskan, Dekranasda bekerja lintas sektor dengan enam dinas strategis, yaitu Bappeda, BPKAD, Dinas Perindustrian, Kominfo, Kesehatan, dan Pendidikan. “Ini menunjukkan bahwa keberadaan Dekranasda tidak hanya sebatas organisasi pendamping, tetapi bagian dari sistem pembangunan ekonomi kreatif nasional,” tegas Ny. Jemima.
Dalam catatan kinerja, Jemima mengungkapkan bahwa Dekranasda Kota Sorong pernah masuk 10 besar terbaik dari 230 Dekranasda se-Indonesia pada Rakernas Dekranasda 2020.
“Capaian tersebut menjadi kebanggaan tersendiri bagi Pemerintah Kota Sorong dan menunjukkan potensi luar biasa perajin lokal kita,” jelasnya.
Fokus kerja Dekranasda periode 2025–2030 akan diarahkan pada pengembangan kerajinan berbasis budaya dan warisan lokal, memperkuat branding, desain produk, dan kemasan agar memiliki daya saing di pasar nasional maupun global.
“Dekranasda akan menjadi jembatan antara perajin, dunia usaha, dan pemerintah dalam memperluas pasar kerajinan Sorong. Kami juga akan memfasilitasi pembinaan dan akses pendanaan agar perajin bisa berinovasi,” tutur Jemima.
Pengukuhan pengurus baru Dekranasda Kota Sorong menandai babak baru dalam perjalanan pembangunan ekonomi kreatif di Papua Barat Daya. Dengan sinergi antara pemerintah, pengrajin, dan masyarakat, Sorong diproyeksikan menjadi kota kreatif berbasis budaya yang tidak hanya dikenal sebagai pintu gerbang menuju Raja Ampat, tetapi juga sebagai ikon kerajinan khas Tanah Papua.
Editor : Hanny Wijaya