Bentrokan Maut di Puncak Jaya: Tiga Nyawa Melayang, Korban Luka Bertambah

Mulia, iNewsSorongRaya.id – Situasi di Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, semakin mencekam pascabentrokan berdarah antara pendukung pasangan calon (Paslon) bupati dan wakil bupati. Jumlah korban jiwa terus bertambah, dengan total tiga warga dilaporkan tewas dan belasan lainnya mengalami luka serius. Insiden ini menandai eskalasi ketegangan politik yang berujung pada kekerasan brutal.
Kapolres Puncak Jaya, AKBP Kuswara, pada Senin (10/2/2025) mengonfirmasi bahwa dua korban tambahan meninggal dunia setelah dievakuasi ke Nabire untuk mendapatkan perawatan medis. “Ada dua lagi warga yang meninggal pasca penanganan medis di Nabire. Jadi total korban meninggal saat ini menjadi tiga orang,” ungkapnya.
Namun, hingga kini, identitas para korban masih belum bisa dipastikan. Situasi keamanan yang belum kondusif membuat aparat kesulitan melakukan identifikasi. “Identitas ketiga korban belum bisa kami pastikan karena situasi di sini masih belum memungkinkan,” jelas Kuswara.
Korban Luka Kritis, Panah Menancap di Organ Vital
Tak hanya korban jiwa, jumlah warga yang mengalami luka-luka juga meningkat. Sebanyak 11 orang telah dievakuasi keluar dari Puncak Jaya untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut, dengan 10 orang dikirim ke Nabire dan satu lainnya ke Jayapura.
Beberapa korban mengalami luka yang mengerikan akibat serangan panah. “Tiga warga harus menjalani operasi pengangkatan panah yang tertancap di organ vital. Salah satunya ada panah yang mengenai jantung. Karena fasilitas kesehatan di Mulia tidak memadai, mereka dievakuasi ke Nabire,” terang Kuswara.
Ketegangan Memuncak, Prosesi Adat Berlangsung di Tengah Pengamanan Ketat
Di tengah duka dan ketidakstabilan keamanan, massa pendukung Paslon 01 menggelar prosesi adat untuk menghormati korban yang gugur. Aparat kepolisian dikerahkan untuk mengamankan jalannya prosesi guna mencegah kemungkinan bentrokan susulan.
“Kami telah menurunkan aparat untuk menjaga prosesi adat agar berlangsung dengan aman, tanpa gangguan dari pihak lain,” ujar Kuswara.
Pihak kepolisian juga kembali mengimbau kedua belah pihak untuk tidak membawa senjata tajam di jalanan umum, mengingat sebelumnya telah ada kesepakatan damai antara kedua kubu. “Kami mengingatkan kembali bahwa sudah ada kesepakatan damai. Kami tidak ingin ada pertumpahan darah lagi,” tegasnya.
Penyebab Bentrokan Masih Misteri
Sementara itu, Kapolda Papua Tengah, Brigjen Alfred Papare, mengungkapkan bahwa pihaknya masih menyelidiki pemicu utama bentrokan yang terjadi di Kota Lama, Mulia, pada Rabu (5/2) pukul 05.30 WIT. Dua kubu yang bertikai—pendukung Paslon 01 dan 02—terlibat aksi saling serang dalam insiden yang diduga dipicu oleh informasi yang simpang siur.
"Biasanya hal seperti ini terjadi karena informasi yang tidak jelas, akhirnya massa terpancing emosi. Padahal, hingga kini, belum ada keputusan resmi dari Mahkamah Konstitusi," kata Alfred.
Situasi di Puncak Jaya masih tegang. Aparat keamanan terus berupaya meredam konflik agar tragedi ini tidak semakin meluas. Namun, pertanyaan besar tetap menggantung: bagaimana bentrokan ini bisa terjadi dan siapa yang bertanggung jawab atas jatuhnya korban jiwa?
Editor : Hanny Wijaya