Teluk Bintuni, iNewssorongraya.id – Satu anggota TNI dilaporkan gugur dalam kontak senjata antara pasukan Satuan Tugas Yonif 410/Alugoro dengan kelompok bersenjata yang mengaku sebagai Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) – sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Distrik Moskona Utara, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat Daya, Sabtu (11/10/2025).
Korban diketahui bernama Praka Amin Nurohman, prajurit tabak DMR Pos Moyeba asal Kebumen, Jawa Tengah. Ia gugur saat melaksanakan kegiatan anjangsana ke rumah warga di Kampung Moyeba, sekitar 300 meter dari pos penjagaan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun iNewssorongraya.id, insiden terjadi sekitar pukul 13.30 WIT, ketika tujuh anggota TNI dipimpin Serda Ibrahim baru saja menyelesaikan kegiatan di kantor pembangunan desa. Saat rombongan hendak kembali ke pos, suara tembakan mendadak terdengar dari arah kanan belakang, menewaskan Praka Amin seketika.
“Korban sempat tersungkur di lokasi terbuka, dan saat situasi memungkinkan, dilakukan upaya perbantuan tembakan oleh Danpos Moyeba, Lettu Inf Mahfud, dari jarak sekitar 200 meter,” demikian tertulis dalam laporan internal yang diterima iNewssorongraya.id.
Kontak tembak berlangsung sengit di area terbuka hingga sekitar pukul 15.30 WIT, sebelum pasukan berhasil mengevakuasi korban. Dari catatan lapangan, peluru yang mengenai korban diduga ditembakkan dari jarak dekat setelah pelaku melucuti perlengkapan militer korban.
Dalam serangan itu, satu pucuk senjata DMR dengan optik, tiga magazen berisi 60 butir peluru kaliber 5,56 mm, serta helm dan rompi tempur dinyatakan hilang, diduga dirampas oleh kelompok bersenjata.
Beberapa jam setelah insiden, TPNPB Kodap IV Sorong Raya mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Dalam unggahan di media sosial Facebook, kelompok itu mempublikasikan video penyerangan dan perayaan setelah berhasil merampas senjata laras panjang milik prajurit TNI.
“Aksi penyerangan ini dipimpin langsung oleh Mayor Manfred Fatem, dibantu Manuel Aimu dan **Ruftis Bernabas Muuk,” tulis keterangan resmi TPNPB yang diteruskan oleh juru bicara organisasi itu, Sebby Sambom.
Dalam siaran pers yang sama, Mayor Fatem menyatakan,
“Pertempuran ini kami lakukan demi merebut kembali kemerdekaan bangsa Papua, dan kami akan tetap bertahan,” ujarnya, Sabtu (11/10/2025).
Pimpinan Komnas TPNPB yang terdiri atas Jenderal Goliat Tabuni, Letjen Melkisedek Awom, Mayjen Terianus Satto, dan Mayjen Lekagak Telenggen, juga menyerukan agar Presiden Prabowo Subianto dan Panglima TNI menghentikan operasi militer di Papua.
“Jika aparat ingin mengejar kami, silakan datang langsung ke Markas TPNPB Kodap IV Sorong Raya. Kami siap menyambut di medan perang,” tulis mereka dalam pernyataan tersebut.
Hingga berita ini diterbitkan, Kodam XVIII/Kasuari belum memberikan keterangan resmi. Upaya konfirmasi redaksi iNewssorongraya.id kepada Kepala Penerangan Kodam XVIII/Kasuari, Letkol Inf Justianus Daniel Panusunan Manalu, belum mendapat tanggapan.
Sumber di lapangan menyebutkan, situasi di Distrik Moskona Utara berangsur kondusif, namun aparat memperketat penjagaan di sekitar Pos Moyeba dan jalur penghubung antar kampung. Sejumlah warga memilih mengungsi ke daerah yang dianggap aman karena khawatir terjadi serangan susulan.
Peristiwa di Moyeba menambah panjang daftar bentrok bersenjata antara TNI dan kelompok separatis bersenjata di wilayah barat Papua sepanjang 2025. Wilayah Moskona Utara dikenal sebagai jalur strategis pegunungan penghubung Teluk Bintuni–Sorong Selatan, yang sering menjadi lintasan mobilisasi kelompok bersenjata.
Pengamat keamanan menilai, insiden ini menunjukkan bahwa eskalasi konflik bersenjata di Papua Barat Daya masih tinggi, meski pemerintah terus mengedepankan pendekatan pembangunan dan kesejahteraan di daerah tersebut.
“Tanpa penguatan intelijen dan pendekatan sosial, operasi militer di daerah terpencil seperti Moskona rentan memunculkan korban di kedua pihak,” ujar seorang analis keamanan.
Kontak tembak di Moyeba memperlihatkan tantangan besar dalam menjaga stabilitas Papua Barat di tengah upaya pemerintah mempercepat pembangunan. Gugurnya Praka Amin Nurohman menjadi pengingat bahwa konflik bersenjata di Papua masih jauh dari selesai, sementara klaim sepihak TPNPB-OPM menunjukkan masih aktifnya propaganda di ruang digital yang memperkeruh situasi keamanan di lapangan.
Editor : Hanny Wijaya
Artikel Terkait