PEGAF – iNewssorongraya.id - Tim SAR gabungan terus berjibaku menembus medan ekstrem di Kampung Jim, Distrik Catubouw, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, untuk mencari korban bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi pada Jumat (16/5/2025). Hingga hari keempat operasi pencarian, Selasa (20/5/2025), sebanyak 9 korban ditemukan meninggal dunia, sementara 11 lainnya masih dalam pencarian intensif.
Dalam kondisi cuaca buruk dan kontur tanah labil, tim penyelamat yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, serta relawan lokal tetap melanjutkan misi kemanusiaan meski harus menghadapi ancaman longsor susulan.
“Korban meninggal dunia yang sudah dievakuasi sampai hari keempat sebanyak sembilan orang,” kata Kepala Kantor SAR Manokwari, Yefri Sabaruddin, di Manokwari, Selasa (20/5).
Ia menjelaskan, evakuasi tiga korban terbaru berlangsung sejak pukul 09.30 hingga 11.40 WIT. Jenazah langsung dibawa ke RS Bhayangkara Polda Papua Barat untuk proses identifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI). Namun, operasi sempat dihentikan pukul 12.46 WIT akibat cuaca ekstrem.
Medan Ekstrem Hambat Proses Pencarian
Evakuasi di Kampung Jim bukan perkara mudah. Jalur menuju lokasi terputus akibat banjir dan longsor, memaksa tim SAR harus menempuh perjalanan selama berjam-jam, bahkan menggali reruntuhan dengan tangan kosong. Beberapa dokumentasi udara memperlihatkan kondisi jalan yang terputus dan tanah yang rawan longsor.
“Cuaca buruk sangat membahayakan tim di lapangan. Kami terpaksa tarik mundur ke posko induk. Pencarian akan dilanjutkan besok,” ujar Kapolres Pegunungan Arfak, Kompol Bernadus.
Total korban bencana sebanyak 24 orang, dengan rincian 4 selamat, 9 meninggal dunia, dan 11 masih hilang.
Lima Korban Teridentifikasi
Kepala Bidang Humas Polda Papua Barat, Kombes Pol Ignatius Benny Ady Prabowo, mengonfirmasi bahwa tim DVI telah mengidentifikasi lima korban yang ditemukan sebelumnya. Mereka adalah:
- Yoseph Ermilianus Efrem (21)
- Porman Takaliumang (53)
- Okden Wote (39)
- Joni Rahawari (40)
- Oce Takaliumang (45)
Korban pertama yang ditemukan, Harun Maidodga, telah lebih dahulu diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.
Sementara itu, Kabid Dokkes Polda Papua Barat, Kombes Iskandar menegaskan bahwa proses identifikasi bukan sekadar tugas teknis.
“Ini tentang membawa kepastian bagi keluarga yang menanti dalam doa dan air mata,” ungkapnya.
Harapan Masih Menyala di Tengah Duka
Tragedi ini menyisakan luka mendalam bagi warga Kampung Jim. Banyak dari mereka kehilangan anggota keluarga, harta benda, dan tempat tinggal. Markus, salah satu penyintas, menceritakan detik-detik bencana datang.
“Saya dengar suara seperti gemuruh besar, lalu semua gelap. Saya hanya bisa lari sambil membawa anak saya,” ujarnya lirih.
Saat ini, 76 personel gabungan dari berbagai instansi termasuk Basarnas, TNI, Polri, BPBD, serta warga lokal dan keluarga korban terlibat langsung dalam pencarian. Meskipun alat berat belum dapat dioperasikan karena medan yang sulit, pencarian tetap dilakukan secara manual dan dibantu drone pemetaan.
Pegaf Berduka, Indonesia Berdoa
Pegunungan Arfak kini diliputi duka. Di tengah langit yang masih kelabu dan tanah yang masih labil, masyarakat Papua Barat menaruh harapan besar pada keberhasilan tim penyelamat. Mereka menanti kabar baik—bahwa dari balik reruntuhan dan derasnya sungai, ada nyawa yang masih bisa diselamatkan.
Editor : Hanny Wijaya
Artikel Terkait