Yulianus Semunya: Nilam Bawa Harapan Baru Bagi Ekonomi Tambrauw
Tambrauw, iNewssorongraya.id – Di tengah bentang alam Tambrauw yang subur dan masih alami, tumbuh sebuah harapan baru yang perlahan mengubah wajah perekonomian masyarakat. Tanaman nilam, yang dulu dianggap biasa saja, kini menjelma menjadi komoditas unggulan dengan nilai jual fantastis.
Sekretaris Pertanian Kabupaten Tambrauw, Yulianus Semunya, menuturkan bahwa perjalanan masyarakat dalam mengembangkan tanaman nilam bukanlah hal instan. Program ini dimulai sejak 2013 dengan proses panjang yang penuh pendampingan.
“Sejak 2013 kami sudah mendampingi masyarakat untuk menanam nilam. Prosesnya panjang, mulai dari pembentukan kelompok sampai ke panen. Baru sekitar tahun 2018 masyarakat mulai bisa merasakan manfaatnya,” kata Yulianus di Tambrauw, belum lama ini.

Kini, lebih dari 15 kelompok tani aktif menanam nilam, dengan 10 di antaranya sudah menghasilkan minyak nilam siap jual. Bahkan, banyak masyarakat yang menanam secara perorangan karena melihat peluang besar dari komoditas ini.
“Hasilnya cukup baik dan memberikan penghasilan tambahan. Nilai jual minyak nilam juga tinggi, mencapai Rp600 ribu sampai Rp700 ribu per liter. Pembeli bahkan datang langsung ke Tambrauw untuk mengambil hasil panen,” jelas Yulianus.
Selama ini, Aceh dikenal sebagai penghasil minyak nilam terbesar dan berkualitas. Namun, Tambrauw mulai menunjukkan tajinya.
“Kalau dulu Aceh yang dikenal sebagai penghasil minyak nilam, sekarang kualitas Tambrauw juga diakui karena kondisi tanah kita yang mendukung,” tegas Yulianus.
Dengan keunggulan kualitas tersebut, pemerintah daerah sudah merancang langkah lebih besar agar Tambrauw tidak hanya menjual bahan mentah, tetapi juga mampu mengolah hasil sendiri.
“Kami sudah diskusi dengan dinas terkait untuk membangun pabrik pengolahan. Kalau ini terwujud, tenaga kerja lokal bisa terserap, PAD Tambrauw bertambah, dan masyarakat lebih sejahtera,” ungkapnya melalui sambungan telepon kepada media ini (17/9/2025).
Meski menjanjikan, jalan menuju Tambrauw sebagai sentra nilam nasional tidak sepenuhnya mulus. Kendala terbesar adalah keterbatasan alat penyulingan.
“Kendalanya banyak, terutama alat penyulingan yang jumlahnya terbatas. Banyak kelompok sudah panen tapi bingung mau olah di mana. Kami berharap dukungan dari provinsi maupun kementerian,” katanya.

Beberapa kelompok memang sudah memiliki alat penyulingan sendiri, sebagian lainnya mendapat bantuan dari dinas. Namun, jumlahnya masih jauh dari cukup.
“Kalau ada dukungan lebih besar, produksi nilam di Tambrauw bisa berkembang lebih cepat dan memberi dampak ekonomi lebih luas,” pungkas Yulianus.
Kisah sukses nilam Tambrauw bukan sekadar cerita tentang pertanian, melainkan bukti bahwa ketekunan dan kerja kolektif masyarakat dapat membuka peluang ekonomi baru. Dengan dukungan pemerintah dan pasar yang terus berkembang, Tambrauw berpotensi menjadi ikon baru minyak nilam Indonesia.
Editor : Hanny Wijaya