Sekjen AMAN Sampaikan Duka Cita atas Wafatnya Pejuang Masyarakat Adat, Feki Mobalen

SORONG, iNewssorongraya.id – Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) periode 2022–2027, Rukka Sombolinggi, menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya Feki Yance Wilson Mobalen, seorang aktivis hak asasi manusia (HAM) dan pejuang masyarakat adat yang dikenal gigih dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat adat di Papua.

Melalui sambungan telepon kepada media di Sorong pada Sabtu (22/2/2025), Rukka mengungkapkan rasa kehilangan yang begitu besar atas kepergian Feki. “Aduh, aduh, saya masih sangat sedih. Ini masih terasa seperti mimpi. Feki benar-benar sudah pergi,” ucapnya dengan suara lirih.

Rukka mengenang sosok Feki, yang kerap ia panggil "Adik Ganteng," sebagai seorang pemikir yang cerdas, pendiam namun penuh gagasan luar biasa.

“Dia tidak banyak bicara, tetapi pikirannya luar biasa. Dia rajin mencatat dan sering mengirimkan catatan-catatan itu kepada saya. Pemikirannya tentang masyarakat Papua sangat dalam dan visioner,” ujar Rukka mengenang dedikasi almarhum.

Pada Desember 2024, setelah kembali dari Inggris, Feki menghabiskan banyak waktu di Bogor bersama Rukka. Mereka sering berdiskusi intens mengenai berbagai persoalan masyarakat adat Papua, termasuk dampak transmigrasi terhadap kehidupan masyarakat adat. Bahkan, Rukka sempat mengajaknya untuk bergabung dalam tim riset yang dipimpin oleh Abdon Nababan.

Selain itu, Feki juga memiliki perhatian besar terhadap masyarakat Muay, terutama dalam mendokumentasikan kehidupan mereka melalui film dokumenter. Ia bertekad menjadikan rumahnya sebagai pusat diskusi bagi generasi muda Papua.

“Dia menceritakan tentang rumahnya, tentang mimpinya menjadikannya tempat berkumpul bagi anak-anak muda untuk berdiskusi dan belajar. Dia sangat bersemangat membangun ruang untuk generasi muda,” kata Rukka.

Perjuangan Tak Kenal Lelah

Sebagai Ketua AMAN Sorong Raya, Feki dikenal sebagai sosok yang pantang menyerah dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat adat. Bahkan, ia sempat berdiskusi dengan Rukka mengenai Musyawarah Daerah (Musda) AMAN Sorong Raya dan menyatakan kesiapannya jika diminta kembali menjadi ketua.

Namun, takdir berkata lain. Sebelum wafat, kondisi Feki sempat membaik, bahkan masih berbincang dengan Rukka dua hari sebelum kepergiannya.

“Saya pikir dia akan sembuh karena suaranya terdengar baik. Dia sempat bertanya, ‘Kakak, ada uang masuk, boleh saya pakai untuk berobat?’ Saya bilang, ‘Pakai saja, itu tanda ada orang yang sayang sama kamu.’ Saya berjanji akan ke sana saat pulang. Ternyata itu percakapan terakhir kami,” kenang Rukka dengan penuh haru.

Duka yang Mendalam

Feki Yance Wilson Mobalen menghembuskan napas terakhirnya pada 22 Februari 2025 di RSUD Kabupaten Sorong sekitar pukul 05.20 WIT akibat sakit. Kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga, sahabat, dan seluruh masyarakat yang pernah merasakan perjuangannya.

Jurnalis Suara Papua, Maria Baru, turut menyampaikan rasa kehilangannya. “Kami sangat kehilangan sosok anak muda yang penuh kharisma,” ujarnya.

Sebagai seorang pemimpin, Feki dikenang sebagai pejuang keadilan yang tak pernah gentar menghadapi tantangan. Semangat juangnya yang tinggi menjadikannya panutan di kalangan aktivis masyarakat adat Sorong Raya.

Kepergian Feki merupakan kehilangan besar bagi gerakan masyarakat adat. Namun, perjuangannya akan tetap hidup dalam semangat mereka yang ia tinggalkan.

Selamat jalan, pejuang. Warisan perjuanganmu akan selalu kami lanjutkan.

Editor : Hanny Wijaya