Penantian Panjang Umat Hindu di Raja Ampat Untuk Miliki Pura Tempat Ibadah Akhirnya Terwujud

WAISAI, iNewsSorong.id – Penantian panjang umat Hindu di Raja Ampat akhirnya terjawab. Setelah bertahun-tahun mendambakan rumah ibadah permanen, kini mereka resmi memiliki Pura Catur Buana. Peresmian pura pertama di Raja Ampat ini menjadi momen penuh sukacita, menghadirkan harapan baru bagi umat Hindu di wilayah tersebut.
Upacara peresmian yang berlangsung khidmat pada Sabtu (8/2/2025) bertepatan dengan perayaan Hari Raya Saraswati, dipimpin oleh Staf Khusus Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), Letjen TNI I Nyoman Chantiasa, serta Bupati Raja Ampat, Abdul Faris Umlati. Acara ini turut dihadiri oleh tokoh agama dari berbagai kepercayaan, jajaran Forkopimda, serta umat Hindu dari Raja Ampat dan Sorong.
Pura Catur Buana: Wujud Toleransi dan Wisata Religi
Pura Catur Buana dibangun di atas lahan seluas satu hektare dengan dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Raja Ampat melalui anggaran bantuan APBD untuk pembangunan rumah ibadah. Selain menjadi tempat ibadah, pura ini diharapkan menjadi destinasi wisata religi yang memperkaya sektor pariwisata Raja Ampat.
Bupati Raja Ampat, Abdul Faris Umlati, menyatakan bahwa pembangunan pura ini adalah bagian dari komitmen pemerintah dalam membangun toleransi antarumat beragama.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap umat beragama di Raja Ampat memiliki tempat ibadah yang layak. Pura Catur Buana bukan hanya tempat suci bagi umat Hindu, tetapi juga simbol keharmonisan dan keberagaman budaya di Raja Ampat,” ungkapnya.
Nama Catur Buana sendiri memiliki makna mendalam, diambil dari kata ‘Catur’ yang berarti empat dan ‘Buana’ yang berarti bumi, selaras dengan filosofi Raja Ampat sebagai daerah dengan empat gugusan pulau utama.
Perjalanan Panjang Pembangunan Pura
Inisiatif pembangunan Pura Catur Buana bermula dari kunjungan Letjen TNI I Nyoman Chantiasa ke Raja Ampat pada tahun 2022, saat ia masih menjabat sebagai Pangdam XVIII/Kasuari. Kala itu, ia menanyakan kepada anggota TNI yang beragama Hindu tentang tempat mereka beribadah. Jawaban yang diperoleh menyentuh hatinya—belum ada pura di Raja Ampat.
“Saat itu, saya langsung berkoordinasi dengan Pak Bupati Raja Ampat, dan luar biasa, beliau menyambut dengan tangan terbuka. Tanah disiapkan, anggaran dialokasikan, dan dalam waktu empat tahun, kini pura ini berdiri megah,” ujar Letjen TNI I Nyoman Chantiasa dalam sambutannya.
Ia juga menekankan bahwa kehadiran pura ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga sebagai wadah bagi prajurit Hindu, baik dari TNI maupun Polri, untuk memperkuat spiritualitas mereka di tanah perantauan.
Upacara Peresmian Penuh Makna
Sebelum peresmian, umat Hindu menggelar rangkaian ibadah yang diawali dengan ritual penyucian pura oleh para pengurus. Selanjutnya, upacara keagamaan dipimpin oleh pemangku atau pandita, I Made Rata. Momen istimewa ini juga diiringi oleh pertunjukan Tarian Rejang Anjar, yang melambangkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Peresmian pura ditandai dengan pemotongan selubung papan nama dan penandatanganan prasasti oleh Letjen TNI I Nyoman Chantiasa dan Bupati Abdul Faris Umlati. Acara semakin meriah dengan suguhan Tari Puspanjali, sebuah tarian khas Bali yang melambangkan penghormatan kepada tamu undangan.
Harapan dan Masa Depan Pura Catur Buana
Kapolres Raja Ampat, AKBP I Gusti Gde Raka Mertayasa, menyampaikan harapannya agar keberadaan Pura Catur Buana dapat memberikan dampak positif bagi umat Hindu, khususnya anggota TNI-Polri yang bertugas di Raja Ampat.
“Pura ini menjadi tempat kami mendekatkan diri kepada Tuhan dan juga mengobati kerinduan terhadap kampung halaman kami di Bali. Semoga pura ini menjadi pusat spiritualitas dan kebersamaan bagi seluruh umat Hindu di Raja Ampat,” tuturnya.
Dengan peresmian Pura Catur Buana, Raja Ampat tidak hanya semakin dikenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga dengan keberagamannya dalam menjaga nilai-nilai toleransi dan keharmonisan beragama. Pura ini menjadi simbol bahwa Raja Ampat adalah rumah bagi semua, tanpa memandang perbedaan keyakinan.
Editor : Hanny Wijaya