SORONG, iNewssorongraya.id – Tangis haru dan kekecewaan mewarnai pertemuan mediasi antara Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya (Pemprov PBD), Yayasan Bejana Kasih Papua (YBKBP), dan perwakilan orang tua mahasiswa penerima beasiswa pendidikan vokasi ke luar negeri. Pertemuan yang berlangsung di Hotel Belagri, Kota Sorong, Sabtu (20/9/2025), dipimpin langsung oleh Gubernur Elisa Kambu.
Dalam forum itu, Anance Dimara, orang tua mahasiswa di Tiongkok, tak mampu membendung air matanya ketika menceritakan kondisi anaknya. Ia menuding anaknya dan peserta lain dipaksa magang dengan jam kerja berlebihan.
“Saya kira mereka pergi untuk kuliah, tapi ternyata mereka bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam. Anak saya tidak terbiasa dengan pekerjaan berat seperti itu,” keluh Anance.
Dengan suara bergetar, Anance meminta pemerintah dan yayasan segera mengambil langkah tegas. “Mereka ini manusia, bukan robot. Mereka adalah penerus bangsa, bukan pekerja di sana. Kalau tidak ada tanggapan serius, anak saya harus dipulangkan,” tegasnya.
Peserta Beasiswa Mengaku Dikecewakan
Sarce Lina Wambrauw, peserta program vokasi Jepang yang kini kembali ke Sorong.
Kisah serupa datang dari Sarce Lina Wambrauw, peserta program vokasi Jepang yang kini kembali ke Sorong. Ia mengaku ditolak sekolah di Jepang karena usianya melewati batas ketentuan, meski sebelumnya telah dinyatakan lolos seleksi di Sorong.
“Saya baru dikasih tahu bulan September atau Oktober kalau umur saya tidak memenuhi syarat. Padahal saat seleksi di Sorong, kami diterima. Saya sangat kecewa,” ucap Sarce dengan mata berkaca-kaca.
Menurutnya, dari 60 peserta yang diseleksi pada Juni–Juli 2023, sebagian besar sudah kembali ke Sorong karena berbagai kendala. Ia menuturkan pengalaman pahit berupa ketidakpastian keberangkatan, tempat tinggal tidak layak, hingga makanan yang monoton.
“Kami dijanjikan kuliah S1 atau S2, tapi ternyata di sana hanya les bahasa Jepang. Kalau begitu, kenapa harus ke Jogja? Kenapa pemerintah tidak datangkan lembaga pelatihan di Sorong saja?” tanyanya.
Komitmen Gubernur dan Klarifikasi Yayasan
Menanggapi keluhan tersebut, Gubernur Elisa Kambu menegaskan pendidikan merupakan harga diri masyarakat Papua.
“Setelah pertemuan ini, kita berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah konkret terkait persoalan ini,” ujarnya.
Ketua Yayasan Bejana Kasih Papua, Nerius Albertus Tulalessy.
Ketua Yayasan Bejana Kasih Papua, Nerius Albertus Tulalessy, juga menyampaikan terima kasih atas perhatian Pemprov PBD. Ia mengakui adanya kendala, terutama terkait efisiensi anggaran yang berimbas pada pemenuhan kebutuhan peserta.
“Kami memang memulai dengan banyak lika-liku. Kami berharap anak-anak dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan rasa tanggung jawab,” kata Nerius.
Meski demikian, ia mengapresiasi langkah cepat Gubernur Elisa Kambu. “Gubernur menyatakan ini menyangkut harga diri dan harus diselesaikan. Kita patut berterima kasih karena beliau langsung meminta eksekusi besok,” tambahnya.
Harapan ke Depan
Nerius menyebut dari 13 peserta yang sempat berada di Jepang, tiga orang telah kembali, sementara 10 lainnya masih bertahan. Sementara itu, sembilan peserta lain masih berada di Yogyakarta.
Sarce berharap pengalaman ini menjadi pelajaran berharga agar ke depan pemerintah lebih selektif memilih mitra yayasan. “Supaya tidak ada lagi generasi muda Papua yang menjadi korban,” ujarnya.
Mediasi tersebut diakhiri dengan komitmen bersama antara pemerintah, yayasan, dan orang tua mahasiswa untuk mencari solusi terbaik demi masa depan pendidikan anak-anak Papua Barat Daya.
Editor : Hanny Wijaya
Artikel Terkait