TEMINABUAN, iNewssorongraya.id – Dengan hanya bermodalkan sebuah ukulele dan suara penuh makna, Grice Mondar (54), perempuan dari Suku Afsya di Distrik Konda, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya, menyuarakan perlawanan terhadap konsesi sawit yang mengancam hutan adat mereka.
Sejak tahun 1986, Mama Grice — begitu ia akrab disapa — telah menciptakan ratusan syair lagu yang merefleksikan hubungan manusia dengan alam Papua. Salah satu karya terbarunya berjudul Fnaqat Tijoqo Sawit Wain Fombu Distrik Konda, yang dalam bahasa Afsya berarti "Kami Menolak Sawit di Distrik Konda."
"Lagu ini saya ciptakan untuk mengingatkan masyarakat, khususnya generasi muda, tentang pentingnya menjaga hutan adat kita," ungkap Grice, Senin (21/4/2025).
Bagi Grice, musik adalah senjata damai untuk menyampaikan pesan-pesan pelestarian. Melalui syair yang ia nyanyikan, ia mengisahkan tentang kekayaan hutan yang telah memberi kehidupan bagi masyarakat adat: mulai dari sagu, air bersih, obat tradisional, hingga satwa endemik yang menjadi bagian dari identitas leluhur mereka.
Kini, sebagian wilayah Sorong Selatan, termasuk Konda, berada di ambang ancaman ekspansi kebun sawit. Grice mencontohkan bagaimana Distrik Kais telah kehilangan sekitar 2.769,44 hektar hutan adat akibat alih fungsi menjadi perkebunan sawit.
“Lewat lagu, saya ingin anak-anak muda sadar bahwa hutan bukan hanya tanah kosong yang bisa dijual. Hutan adalah kehidupan,” tegasnya.
Ia pun berharap karya-karyanya mampu menjadi narasi alternatif yang menyentuh hati, jauh dari retorika politik atau kekerasan. “Kita tidak boleh termakan bujuk rayu investasi yang merusak. Hutan bisa dikelola secara tradisional, tanpa harus kehilangan jati diri kita sebagai orang Papua,” tutup Grice.
Kisah Mama Grice menjadi potret keteguhan perempuan adat yang tak hanya menjaga budaya, tapi juga menjadi penjaga bumi lewat cara yang paling menyentuh: lewa5t nyanyian perlawanan.
Editor : Hanny Wijaya
Artikel Terkait