get app
inews
Aa Text
Read Next : Orideko Burdam dan Mansyur Syahdan Resmi Ditetapkan sebagai Bupati dan Wakil Bupati Raja Ampat

Kehilangan Selamanya: Duka Mendalam atas Wafatnya Jurnalis iNews, Muhammad Syahril Muslimin

Jum'at, 07 Februari 2025 | 00:41 WIB
header img
Jurnalis iNews Papua Selatan, Muhammad Syahril Muslimin. (FOTO: IST)

 


SORONG, iNewsSorong.id – Duka mendalam menyelimuti dunia jurnalistik, khususnya di Papua Selatan. Kabar kepergian Muhammad Syahril Muslimin, seorang jurnalis yang penuh dedikasi dan energi, telah menyisakan luka yang sulit terobati bagi rekan-rekan seprofesinya. Syahril menghembuskan napas terakhir pada Rabu (5/2/2025) pukul 16.40 WIT di RSUD Kabupaten Merauke.

Bagi keluarga besar iNewsSorong, kehilangan ini terasa begitu berat. Sosok Syahril yang tak hanya dikenal sebagai jurnalis televisi di iNews TV tetapi juga sebagai kontributor setia di platform iNewsSorong.id dan iNews.id, telah menorehkan banyak karya jurnalistik yang berkualitas.

Pemimpin Redaksi iNewsSorongRaya.id, Chanry Suripatty, tak mampu menyembunyikan rasa kehilangan yang mendalam. Baginya, Syahril bukan sekadar rekan kerja, tetapi juga sahabat yang selalu siap berbagi cerita dan informasi penting.

"Dia adalah jurnalis yang mumpuni, penuh semangat, dan memiliki jaringan yang luas. Salah satu momen yang tidak akan saya lupakan adalah ketika dia menghubungi saya terkait suatu kasus di Papua Selatan. Berkat informasi darinya, kami bisa mengungkap lebih dalam kasus tersebut. Syahril adalah partner liputan yang luar biasa," kenang Chanry dengan suara lirih.

Namun, bukan hanya iNewsSorong yang berduka. Kalangan wartawan di Merauke dan Papua Selatan pun merasa kehilangan salah satu sosok terbaiknya. Syahril, yang akrab disapa "Mindip" oleh rekan-rekan di Merauke, dikenal sebagai pribadi yang murah senyum, humoris, dan selalu ringan tangan dalam membantu sesama.

Wartawan senior Agapitus Batbual mengenang kebiasaannya menyapa Syahril dengan bahasa Muyu, "ambeyoop", yang berarti "bapak tersayang". Sapaan khas ini menjadi ciri kebersamaan mereka dalam menjalankan tugas jurnalistik di lapangan.

"Saya ingat betul, saat saya kesulitan mencari kendaraan, almarhum tanpa ragu menawarkan diri untuk mengantar saya pulang. Itu hal kecil, tapi sangat berarti. Itulah Syahril, selalu peduli dengan orang di sekitarnya," ujar Agapitus penuh haru.

Kenangan indah juga diungkapkan oleh Plt. Ketua PWI Papua Selatan, Agus Kowo. Ia masih teringat bagaimana ia dan Syahril bersama-sama meliput ajang Peparnas 2024 di Solo, Jawa Tengah.

"Kami sering saling mengingatkan soal jadwal liputan. Bahkan, ketika saya harus pulang lebih dulu, dia memastikan barang titipan saya aman. Syahril selalu menjaga kepercayaan dengan baik. Sulit rasanya menerima kenyataan bahwa dia kini telah pergi," tutur Agus.

Rasa kehilangan yang sama turut dirasakan Frans Kobun, pemilik Media Surya Papua. Ia mengenang Syahril sebagai sosok yang selalu berhasil mencairkan suasana, bahkan di tengah diskusi serius wartawan.

"Dia punya cara tersendiri dalam membangun jaringan. Informasi sekecil apa pun bisa ia dapatkan dengan cepat. Kepergiannya meninggalkan kehampaan bagi kami semua," ucap Frans penuh kesedihan.

Tak hanya di dunia jurnalistik, Syahril juga dikenal sebagai sosok yang memiliki toleransi tinggi. Setiap Natal, ia selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi dan mengucapkan selamat kepada rekan-rekan wartawan yang merayakannya.

"Natal lalu, dia mengirim pesan dan bertanya apakah saya di rumah, karena dia ingin datang. Itulah Syahril, selalu menjaga hubungan baik dengan semua orang tanpa membedakan latar belakang," ujar Ernes Broning Kakisina, wartawan Mata Papua.

Kenangan terakhir bersama Syahril juga diungkapkan oleh Nuryani, jurnalis Metro Merauke, yang pernah bekerja satu tim dengannya di Kreyasi Merauke Televisi (KMTV).

"Terakhir kali saya bertemu dia di warung bakso Brawijaya, sehari sebelum kepergiannya. Dia memakai kaos hitam, celana hitam, masker hitam, dan topi hitam—penampilan khasnya. Kami sempat bercanda tentang liputan hari itu, tak pernah terpikir itu adalah pertemuan terakhir kami," ucap Nuryani dengan mata berkaca-kaca.

Lebih memilukan lagi, beberapa jam sebelum meninggal, Syahril masih sempat bercanda di grup WhatsApp wartawan Papua Selatan. Pesan terakhirnya adalah ajakan untuk makan coto, seakan menjadi perpisahan tak terduga yang kini meninggalkan luka mendalam.

Kini, dunia jurnalistik telah kehilangan salah satu insan terbaiknya. Kenangan akan Syahril akan selalu hidup dalam ingatan rekan-rekannya, tertulis dalam jejak karyanya yang penuh dedikasi.

Selamat jalan, Muhammad Syahril Muslimin. Kami bersaksi bahwa engkau adalah orang baik. Semoga Tuhan menempatkanmu di sisi-Nya yang paling mulia.

Editor : Hanny Wijaya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut