SORONG, iNewsSorong.id - Rektorat Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong menggelar dialog bersama dengan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi (DPRP) Papua Barat. Dialog tersebut berlangsung di Kampus Unimuda, Selasa (14/2/2023).
Dialog yang diinisiasi oleh pihak Unimuda Sorong tersebut guna membahas persoalan Pendidikan di Provinsi Papua Barat Daya (PBD) terkhusus di lingkungan kampus.
Terlihat hadir dalam dialog bersama dari Anggota DPRP Papua Barat yakni, Abdullah Gazam, Zeth Kadakolo, Saiful Maliki, Febry Jein Andjar, Barnike Susana Kalami, dan Eko Tavik Maryanto.
Seusai dialog, Abdullah Gazam mengapresiasi niat Rektorat Unimuda Sorong, karena mau mengundang Anggota DPRP Papua Barat.
"Satu persoalan yang sangat penting yakni minat untuk kuliah sangat tinggi, tapi mereka terkendala dengan persoalan pembiayaan, " ungkap Gazam.
Pengalaman yang dialami ribuan mahasiswa Unimuda tidak bisa ambil ijazah, karena terkendala tunggakan biaya studi, kata Gazam mengingatkan dirinya waktu kuliah dulu.
"Saya pernah mengalami persoalan yang sama sewaktu kuliah, " kata Gazam.
Untuk menyelesaikan persoalan ini, Gazam katakan butuh kekompakan bersama antara DPR dan eksekutif.
"Mereka yang hari ini sedang kuliah adalah generasi - generasi emas Papua yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan di Tanah Papua ini, " papar Gazam.
Di tempat yang sama, Zeth Kadakolo berharap pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di seluruh Tanah Papua bisa turut memperhatikan pengembangan kampus Unimuda. Termasuk pula memperhatikan putra - putri daerah yang sedang berkuliah.
"Kita punya anak - anak asli Papua terlihat agak susah berkompetisi untuk masuk ke Perguruan tinggi yang ada di luar Papua, " tuturnya.
Namun kehadiran kampus Unimuda diharapkan bisa memacu anak - anak asli Papua untuk bisa berkompetisi di dunia kerja.
"Kami ingin kampus ini bisa memacu anak - anak kita sehingga bisa lulus dengan peringkat terbaik. Dengan demikian ketika mereka lulus nanti bisa menjadi kebutuhan di dunia kerja baik di instansi pemerintah, badan usaha milik negara maupun badan usaha milik swasta, " Kadakolo memaparkan.
Untuk itu dirinya berharap Kampus Unimuda tidak hanya mengejar target kelulusan, namun bisa menghasilkan lulusan yang berkualitas. So kendala pembiayaan yang dialami mahasiswa, lanjut Kadakolo, menjadi problem utama dunia pendidikan tinggi.
"Kondisi mahasiswa banyak yang menunggak pembiayaan kuliah terjadi di seluruh kampus yang ada di wilayah Sorong. Jadi bukan hanya persoalan Unimuda saja, perguruan tinggi lain di kota maupun kabupaten Sorong turut merasakannya, " kata Zeth Kadakolo.
Rektor Unimuda Sorong menyampaikan kolaborasi bersama sangat penting, karena sangat dibutuhkan untuk pembangunan sumber daya manusia di Tanah Papua.
"Sekarang ini institusi atau lembaga manapun tidak bisa hebat kalau kerja sendiri. Sebab tidak ada Superman dan Superwoman di dunia nyata, Superman dan Superwoman hanya ada di film - film saja. Kalau di alam yang nyata, kita mau besar, kita harus bentuk super-tim, " ungkap Rustamadji.
Super-tim untuk urusan ke dalam dan keluar harus bisa bersinergi dan berkolaborasi dengan pihak manapun. Apalagi bila bisa berkolaborasi dengan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua Barat yang sedang berproses menjadi Anggota DPRP Papua Barat Daya.
Dialog bersama antara pihak Rektorat Unimuda dan Anggota DPRP Papua Barat diharapkan bisa menjadi pengingat saat mereka bersama membahas tentang regulasi.
"Paling tidak ketika mereka duduk sebagai wakil rakyat bisa bisa ingat bahwa dulu pernah duduk dengan rektor dan tim yang ada di Unimuda, " ucapnya.
Dari dialog tadi intinya baik pihak Rektorat Unimuda dan Wakil Rakyat akan menghebatkan anak asli Papua. "Kita bersama ingin menghebatkan kita punya anak - anak Papua di seluruh sektor baik di tatanan birokrasi sampai perusahaan. "Saya mau kita punya anak - anak Papua yang ada di Tanah ini semua jadi hebat, " Rustamadji memaparkan.
Tadi dalam dialog, Anggota DPRP Papua Barat, Zeth Kadakolo sampaikan sudah dari tahun 1980 di Klamono sudah ada kilang dan sumur minyak bumi. Namun tidak ada anak asli Papua dari Suku Moi yang duduk di jajaran staf.
"Melalui program studi teknik kimia, nantinya anak - anak asli Papua bisa kita didik dan kembangkan, sehingga ketika lulus kuliah bisa masuk ke perusahaan milik negara atau swasta yang melakukan kegiatan pengeboran dan pengolahan minyak bumi di Klamono. Mereka bisa menjadi staf bukan hanya di Klamono saja tapi bisa sampai di Tembagapura, Bintuni dan aktivitas pertambangan yang ada di seluruh tanah Papua, " kata Rustamadji penuh optimis.
Editor : Chanry Suripatty